Saham VKTR Menghijau Meski IHSG Melemah, Analis Ungkap Tantangan Bisnis EV
- VIVAnews/M Ali Wafa
Jakarta – Indeks harga saham gabungan atau IHSG melemah 14 poin atau 0,22 persen di level 6.645, pada pembukaan perdagangan Rabu, 21 Juni 2023 pagi tadi. Pantauan Viva Bisnis di RTI sekitar pukul 11.16 WIB, IHSG masih berada di zona merah pada level 6.651, melemah 8 poin atau 0,13 persen.
Meski demikian, saham dari PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR), yang merupakan anak usaha dari PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), terpantau masih menguat 1 poin atau 0,90 persen di level 112.
Saat ditanya mengenai prospek saham VKTR atau bisnis kendaraan listrik ke depannya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, prospek saham-saham dari emiten yang mengusung bisnis energi hijau memang cukup cerah di masa depan.
"Bisnis EBT ini menjadi salah satu bisnis yang berpeluang mempunyai prospek yang cerah. Karena sebetulnya saat ini kita masih baru penjajakan, dan kita baru melihat adanya peluang potensi bisnis di masa yang akan datang," kata Nico saat dihubungi VIVA Bisnis, Rabu, 21 Juni 2023.
Dia bahkan meyakini bahwa potensi bisnis green energy di masa depan akan sangat besar sekali, terutama karena didukung demografis Indonesia di masa mendatang. Namun, Nico menegaskan bahwa ada tantangan tersendiri bagi sektor bisnis green energy di Tanah Air.
Misalnya soal bagaimana pemerintah mampu mengubah persepsi masyarakat, untuk beralih dari kendaraan konvensional menjadi electric vehicle (EV).
"Ini kan menjadi salah satu tantangan tersendiri, karena masih banyak orang yang menganggap EV itu masih belum dibutuhkan saat ini. Selain memang ekosistemnya yang juga masih sangat sedikit," ujarnya.
Selain itu, tantangan lainnya yakni soal time frame pemerintah, dalam mengimplementasikan dan menerapkan energi hijau, di dalam kehidupan keseharian masyarakat. Sebab, apabila Indonesia mampu memproduksi EV dalam jumlah besar namun tanpa didukung infrastruktur dan regulasinya, maka hal itu juga akan menjadi kendala besar.
"Karena keduanya (infrastruktur dan regulasi) itu harus seiring sejalan, supaya bisa saling melengkapi satu sama lain," kata Nico.
Meski demikian, Nico mengakui bahwa bisnis di sektor green energy memang merupakan suatu peluang besar, karena negara-negara lain pun sudah mulai masuk ke arah sana. Apalagi, jika diperhatikan saat ini juga sudah mulai banyak green bond dan sebagai macamnya, sehingga menjadi sebuah arah baru di mana energi hijau ini berpeluang menjadi salah satu pusat ekonomi berikutnya.
"Tapi terkait prospek bisnisnya, itu tergantung juga dengan emiten itu sendiri mengerjakan dari sisi apanya. Ada aspek nikelnya, pengolahannya, dan lain sebagainya. Meskipun kalau kita bicara VKTR sendiri yang memang bermain di industri kendaraan bermotor, tentu ini menjadi salah satu poin yang positif," ujarnya.