Jokowi Beri Kabar Defisit APBN Tahun Ini 2,49 Persen

Presiden Jokowi berikan keterangan pers di Istana Merdeka
Sumber :
  • Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden

VIVA Bisnis – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) pada 2022 diprediksi sebesar 2,49 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Main ke Solo, Desta dan Andrey Taulany Tak Boleh Rekam Isi Desain Rumah Jokowi

Jokowi mengatakan, dengan itu maka defisit APBN akan turun drastis dibandingkan saat pandemi COVID-19. Karena pada saat pandemi COVID-19 defisit 2020 sebesar 6,14 persen dan 2021 4,57 persen. Bahkan, defisit 2,49 persen pada 2022 itu juga di bawah proyeksi awal yang sebesar 4,5 persen terhadap PDB.

"Defisit kita ini akan jatuh di angka berapa sih di 2022? Hitungan terakhir kita 2,49 persen," kata Jokowi dalam Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu 21 Desember 2022.

Anggaran Perjalanan Dinas Dipangkas, Wamenkeu: Realisasi Belanja Kemenkeu Tak Akan Capai 100 Persen

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 21 Desember 2022: Global Datar, Antam Berkilau

Jokowi dalam kesempatan itu juga mengatakan bahwa situasi yang saat ini dihadapi sangat sulit untuk diprediksi, dan dihitung. Dia lantas mengingatkan atas situasi pada 2014-2015, yang mana Indonesia dimasukkan bersama lima negara ini sebagai negara kategori rentan.

PDIP Hargai Prabowo Setuju Capim dan Dewas KPK Pilihan Jokowi

"Kalau kita ingat saat itu ada taper tantrum dan yang kalau kita lihat angka detail di situ 2014-2015 defisit transaksi berjalan kita US$27,5 miliar 2014. Kemudian pada 2015 berada di angka US$17,5 miliar, kalau kita lihat lagi lebih detail di 2014 neraca dagang kita masih defisit US$2,2 miliar," jelasnya.

Presiden Jokowi, Menko Perekonomian Airlangga dan Menteri ESDM Arifin Tasrif

Photo :
  • Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden

Adapun dengan hal itu, Jokowi mewanti-wanti menterinya untuk melakukan perubahan, dan mereformasi struktural. Sebab, hal-hal seperti itu akan membahayakan perekonomian nasional.

"Ini bisa kita lakukan termasuk urusan SBN, SBN saat itu 38,5 persen itu dikuasai oleh asing. Sekarang tinggal 14,8 persen yang dikuasai asing karena kalau masih dikuasai asing begitu goyah sedikit makro kita keluar berbondong-bondong goyah pasti kurs kita," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya