Saham GOTO Babak Belur di Rp 123 per Lembar, Analis Ungkap Sebabnya
- Dok: GoTo
VIVA Bisnis – Dinamika saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) harus kembali mengalami koreksi, bahkan hingga menyentuh level auto reject bawah (ARB) pada pembukaan perdagangan Senin 5 Desember 2022 pagi tadi.
Pantauan VIVA Bisnis di RTI pada pukul 13:15 WIB, saham GOTO telah berada di level 123, turun 9 poin atau minus 6,82 persen, dan menjadi level terendah saham GOTO sejak melantai di bursa efek.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, sebenarnya sejak awal risiko bagi saham-saham dari perusahaan e-commerce digital ini memang sudah diketahui oleh publik.
Baca juga: Bos BI Sebut Rupiah Digital Bisa untuk Belanja di Metaverse
Karena, kemunculan mereka (GOTO, Bukalapak, dan lain-lain) dengan IPO di bursa saham pada saat pandemi COVID-19, memang sempat mengundang keraguan dari sejumlah pihak.
"Di mana mereka mencari karyawan itu (jumlahnya) cukup besar. Nah, kalau kita hitung-hitung itu, pendapatannya berapa pengeluarannya berapa, itu nyatanya kan kerugiannya cukup besar. Itu bahkan bisa dilihat pada saat e-commerce tersebut melakukan IPO," kata Ibrahim saat dihubungi VIVA Bisnis, Senin 5 Desember 2022.
Dia menambahkan, pada saat IPO itu lah fundamental ekonomi perusahaan itu sudah hancur atau babak belur. Karena, mereka hanya berfokus terhadap promosi dan jumlah karyawan yang cukup besar, meskipun pendapatan usahanya kecil sehingga tercipta ketidakseimbangan yang besar.
"Nah pada saat mereka masuk IPO, dan sehubungan dengan berakhirnya COVID-19 saat ini serta terjadinya krisis di Eropa, maka bertambah padat juga cerita kekalahannya," ujar Ibrahim.
Apalagi, lanjut Ibrahim, suntikan investasi yang sempat dilakukan Telkom kepada GOTO, nyatanya tak berpengaruh lama meskipun harga sahamnya sempat membaik. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, karena beberapa waktu lalu harga saham GOTO bahkan sempat berada di bawah harga pada saat mereka IPO.
"Ini mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan e-commerce digital ini, setelah beberapa dari mereka mengumumkan PHK kemarin, pasar itu sedikit condong apatis sehingga terjadi lah taking profit yang besar di perusahaan tersebut," ujarnya.