Di Era Transisi, Kolaborasi Semua Pihak Jadi Kunci Menuju Ketahanan Energi Nasional

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA Bisnis – Kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta,dan masyarakat diyakini menjadi kunci utama untuk mencapai masa depan ketahanan energi berkelanjutan dan kemandirian ekonomi. Sebab, kolaborasi antar para stakeholder tersebut dapat menjaga dan meningkatkan kembali gairah investasi di sektor minyak dan gas (migas).

Mencapai Kebebasan Finansial Lebih Cepat dengan Prinsip FIRE (Financial Independence, Retire Early)

Meski, pemerintah telah mencanangkan untuk melakukan transisi energi ke energi yang ramah akan lingkungan dan Net Zero Emissions (NZE) pada 2060, Industri migas diyakini juga masih memegang peran kunci untuk memastikan ketahanan energi nasional.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto mengungkapkan para stakeholder telah memiliki pemahaman yang sama dan menyepakati fundamental utama bisnis hulu migas saat ini.

Susun Roadmap, Bahlil Sebut Kebutuhan Investasi Hilirisasi Capai US$618 Miliar hingga 2040

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 2 Desember 2022: Global Datar, Antam Tembus Rp 1 juta

Pertama adalah semua pihak sepakat bahwa industri hulu migas punya peranan penting dalam masa transisi energi menuju NZE. Atas dasar itu juga akhirnya semua pemangku kepentingan juga memiliki pandangan bahwa Indonesia harus memperbaiki iklim investasinya untuk mengamankan investasi hulu migas di tengah persaingan yang ketat.

Pengamat Apresiasi Prabowo, 2 Pekan di Luar Negeri Mampu Bawa Investasi USD 18,5 Miliar

“Pemerintah Indonesia diakui telah melakukan berbagai hal yang diperlukan untuk mendorong iklim investasi. Beberapa kemajuan positif seperti pemberian insentif serta sikap pemerintah menunjukkan sudah terbuka untuk membuka ruang diskusi dengan investor dan keinginan untuk menerima masukan. Kolaborasi dari para stakeholder merupakan suatu keharusan untuk meningkatkan investasi di industri hulu migas. Oleh karena itu, upaya untuk membangun kolaborasi yang lebih vital harus terus dilakukan,” jelas Dwi dikutip dari Antara, Jumat 2 Desember 2022.

Menurut dia, kolaborasi apik serta pembahasan fundamental dalam bisnis hulu migas itu terlihat dalam forum hulu migas migas internasional terbesar di Tanah Air yakni 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) yang digelar pada 23-25 November lalu.

Menurut Dwi, ada beberapa pesan penting yang dapat menjadi pegangan para pelaku usaha bisa tetap menjaga komitmen untuk mengejar produksi migas diantaranya tentang pentingnya penerapan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) demi kegiatan operasi yang sesuai dengan Climate Change Adopted Operations (CCAO).

“Pemerintah saat ini fokus siapkan insentif fiskal untuk mendorong peningkatan produksi migas berdasarkan CCAO,” ungkap Dwi.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.

Photo :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

Selanjutnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), juga telah menyiapkan strategi terutama untuk gas sebagai energi alternatif utama dalam transisi energi sebagai bahan bakar dan konsumsi industri, konversi pembangkit listrik dari tenaga diesel menjadi gas serta pengembangan pipa gas untuk berbagai segmen konsumen.

Dwi mengutip Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang juga mengakui bahwa tools yang tepat seperti kebijakan fiskal, instrumen perpajakan, dan kebijakan kepabeanan sangat penting untuk membantu industri hulu migas memastikan ketahanan energi sekaligus mewujudkan komitmen kami terhadap transisi energi.

“Ibu Menteri menambahkan bahwa transisi yang sukses untuk Indonesia membutuhkan koordinasi antara kebijakan, teknologi, ilmu pengetahuan, dan modal serta kemitraan antara sektor publik dan swasta,” jelas Dwi.

Perlu diketahui, hingga kuartal III-2022 realisasi investasi migas mencapai US$7,7 miliar dari target US$13,2 miliar atau menjadi investasi hulu migas terbesar secara rata-rata dalam waktu tujuh tahun terakhir sejak 2016. Dengan masih masifnya pelaksanaan kegiatan pengeboran sumur pengembangan, maka akan ada penambahan investasi yang signifikan hingga akhir tahun nanti.

Sementara, untuk mengejar target produksi migas pada 2030 Indonesia membutuhkan investasi hulu migas paling sedikit senilai US$20 miliar hingga US$26 miliar per tahun. Itulah sebabnya, salah satu agenda utama pemerintah adalah meningkatkan gairah investasi di hulu migas.

Sedangkan, Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, sekaligus Chairman Organizing Committee IOG 2022, Mohammad Kemal, mengungkapkan bahwa peningkatan investasi hulu migas merupakan keniscayaan dan tidak akan terwujud tanpa adanya peran dari para pemangku kepentingan lainnya.

“Kita bisa meningkat investasi dengan dukungan dari seluruh Stakeholders yang kuat,” jelasnya.

Kemudian, Sekretaris Ditjen Migas, Kementerian Energi dan Sumber Mineral (ESDM), Setyorini Tri Hutami mengungkapkan pemerintah mendukung langkah SKK migas melalui penyelenggaraan IOG 2022 yang diharapkan bakal turut menggairahkan iklim investasi hulu migas.

Setyorini menegaskan pelaksanaan IOG 2022 cukup krusial untuk bisa memberikan gambaran kepada para pelaku usaha bahwa Indonesia masih sangat membutuhkan migas di era transisi energi.

"Perubahan ke EBT harus melalui masa transisi. Teknologi migas harus bisa menjawab juga. Diharapkan nanti terjalin network yang bisa meningkatkan investasi," ungkap Setyorini. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya