Sejumlah Kondisi Ini Bikin Rupiah Loyo Menuju Rp 16.000 per Dolar AS

Uang dolar AS dan rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.

VIVA Bisnis – Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terus berlangsung. Pantauan di pasar spot pada Selasa 25 Oktober 2022 pukul 09.10 WIB, rupiah kembali melemah 5 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp 15.592 per dolar AS, dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.585 per dolar AS. Sementara pantauan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) sore kemarin, rupiah dipatok di level Rp 15.590 per dolar AS.

Waspada Uang Palsu Beredar, Begini Langkah Mudah Mengecek Keaslian Rupiah

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pelemahan rupiah itu antara lain adalah karena makin maraknya konflik geopolitik global, terutama akibat perang Rusia-Ukraina yang menjadi salah satu faktor tekanan bagi rupiah.

"Kemudian antara Korea Utara dan Korea Selatan yang juga sedang memanas, serta terpilihnya Xi Jinping sebagai Presiden Tiongkok untuk yang ketiga kalinya," kata Ibrahim saat dihubungi VIVA Bisnis, Selasa 25 Oktober 2022.

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.180 per Dolar AS

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 25 Oktober 2022: Global Naik, Antam Tergelincir

Apalagi, Ibrahim menilai bahwa pidato Xi yang mengatakan bahwa Tiongkok kemungkinan besar akan melakukan operasi khusus terhadap Taiwan, yang dimungkinkan terjadi pada 2023, makin memperkeruh proyeksi rupiah di hadapan dolar AS. "Hal ini diamini pula oleh parlemen Partai Komunis Tiongkok, dan ini membuat ketegangan baru," ujarnya.

Rupiah Dibuka Menguat di Level Rp 16.153 Per Dolar AS Terdorong Hal Ini

Sementara secara fundamental murni, kondisi inflasi di Eropa dan Inggris yang cukup tinggi telah membuat perusahaan-perusahaan mengalami kebangkrutan. Hal itu pun menyebabkan demonstrasi besar-besaran akibat meningkatnya jumlah pengangguran.

"Sri Mulyani dalam pidatonya di Amerika kemarin juga mengatakan bahwa gelandangan di Amerika Serikat terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan," kata Ibrahim.

Ilustrasi rupiah melemah.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Dia menegaskan, ini adalah indikasi bahwa apa yang dikatakan oleh IMF maupun Bank Dunia bahwa resesi pada 2023 itu di depan mata memang benar. Menurutnya, inilah yang membuat dolar kembali lagi mengalami penguatan.

Mengenai bagaimana nasib kinerja ekspor RI dengan pelemahan rupiah tersebut, Ibrahim mengatakan bahwa sebenarnya pelemahan rupiah ini sesuai dengan undervalue-nya. Karenanya, Bank Indonesia pun masih akan terus melakukan intervensi pasar DNDF (Domestic Non Deliverable Forward), yang merupakan pasar valas, obligasi, dan pasar repo.

"Tapi kita lihat meskipun intervensi BI itu sudah begitu maksimal, namun rupiah terus tergerus. Maka yang harus diingat adalah bahwa pelemahan rupiah ini masih menjadi yang terbaik, dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara ASEAN lainnya," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya