Sinergi BI hingga Pemerintah Daerah Diproyeksi Buat Inflasi Kuartal III-2023 di Bawah 4 Persen
- ANTARA/Satyagraha
VIVA Bisnis – Sinergi yang berkelanjutan antara pemerintah dengan Bank Indonesia selama ini melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah dinilai berhasil menjaga tingkat inflasi sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
Upaya Bank Indonesia bersama TPIPÂ dan TPIDÂ juga telah terlihat dengan menggelar sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) pada Agustus 2022 seperti penyediaan suplai dan mendorong produksi.
Atas kebijakan tersebut Bank Indonesia (BI) memproyeksikan tingkat inflasi mulai turun hingga di bawah 4 persen mulai kuartal III 2023 atau sejalan dengan sasaran dalam APBN tahun depan yang sebesar 3 persen plus minus 1 persen.
Baca juga:Â BTN Luncurkan KPR 'Rent To Own', Pembeli Bisa Ngontrak Sambil Nyicil
"Kita perkirakan pada kuartal III tahun depan bisa sekitar 3,6 persen dan 3 persen pada kuartal IV," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat ditemui di sela-sela pertemuan IMF-WB di Washington DC, AS, dikutip Antara, Kamis 13 Oktober 2022 .
Diketahui, program GNPIP sendiri mencakup pelaksanaan operasi pasar serentak di 33 kota, perluasan kesepakatan kerja sama perdagangan antardaerah, gerakan urban framing dengan pemberian 77.000 bibit cabai, dan pemberian sarana prasarana teknologi digital farming dan greenhouse di Jawa Timur.
Selain itu koordinasi yang baik antara otoritas fiskal dan moneter yang telah berjalan baik selama penanganan pandemi juga akan terus dilanjutkan dalam pengendalian inflasi, terutama dalam menjaga daya beli masyarakat.
"Kita bersyukur di Indonesia begitu kuatnya kebijakan fiskal dari pemerintah dan kebijakan moneter dari BI. BI tetap independen, tetapi independen dalam semangat kebersamaan interdependesi. Ini kita sampaikan dan menjadi kunci ketahanan kebangkitan Indonesia," kata Perry.
Sebelumnya BI memperkirakan laju inflasi hingga akhir 2022 akan meningkat di atas 6 persen (yoy) sebagai dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) serta tarif angkutan.
Meski demikian kenaikan ini masih di bawah rata-rata inflasi global yang bisa mencapai kisaran 9 persen akibat konflik geopolitik di Eropa yang mengakibatkan kenaikan harga energi maupun pangan dunia. (Ant)