Resesi Hantui Global 2023, Ekonom: Mirip Kondisi Tahun 1970

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi).
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Bisnis – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Sadewa menyebutkan, ekonomi Indonesia masih akan mampu tumbuh baik tahun depan di tengah ancaman resesi. Sebab Indonesia memiliki pengalaman, dan sudah terdapat cara jitu menghindari hal itu.

Ridwan Kamil Janji Gelar Program Sembako Murah Rp 5 Ribu Tiap Bulan jika jadi Gubernur

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara dalam hal itu menilai, krisis itu berbeda dari yang terjadi di tahun 1998, 2008, dan 2013. Pemerintah tegasnya, tetap perlu mempersiapkan dengan sebaik-baiknya.

"Kondisi krisis saat ini lebih mirip resesi 1970 dibanding 1997 dan 2008. Tahun 1997-1998 krisisnya regional hanya kawasan Asia oleh karena itu sering disebut Asian Financial Crisis," ujar Bhima saat dihubungi VIVA Bisnis, Jumat 7 Oktober 2022.

Pertumbuhan Ekonomi Sumut 5,2 Persen Lebih Tinggi dari Nasional, PON XXI Jadi Pendorong

Baca juga: Layanan Pesan Antar KFC 14022 Ditutup, Ini Cara Pesan Terbarunya

Bhima melanjutkan, sedangkan di 2008 penyebab karena kredit perumahan AS atau krisis sektor keuangan. Tetapi, di 1970 masalah yang dihadapi serupa yaitu energi.

BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi 2024 di Kisaran 4,7-5,5 Persen

"Tahun 1970, krisis minyak terjadi, ada perang teluk, berbagai negara bergejolak dengan hiperinflasi dan transisi orde lama ke orde baru juga dipicu krisis ini. Kalau skenario krisis 1970 yang terjadi efeknya bisa lebih berisiko bagi perekonomian domestik dibanding 1997 dan 2008," jelasnya,

Sebab, di 1970 ketika akan melakukan ekspor harga komoditas menurun. Kemudian permintaan berbagai negara melemah, serta investor akan lebih hati-hati dalam mendanai proyek di negara berkembang.

"Persamaan 1970 dengan 2022 adalah kenaikan harga minyak akibat perang menyebabkan krisis energi, krisis pangan, tekanan mata uang, dan ujungnya adalah inflasi di berbagai negara. Ada Srilanka yang jatuh pada konflik politik disusul negara rentan lainnya," ujarnya.

Ilustrasi Resesi

Photo :
  • U-Report

Adapun dengan hal itu, Bhima menyarankan agar Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk tetap waspada. Hal itu dikarenakan variabel makro ekonomi dan moneter akan berubah dengan cepat.

"Dulu tahun 70-an belum ada internet, sekarang keluarnya dana asing hanya menghitung jam sudah terjadi secara serentak. Teknologi dan integrasi keuangan global semakin mempercepat akses terhadap risiko krisis ke Indonesia," imbuhnya.

Sebelumnya, Ketua LPS Purbaya optimistis ekonomi Indonesia masih akan mampu tumbuh dengan baik pada tahun depan. Hal itu bisa terjadi meskipun di tengah adanya ancaman resesi global.

Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa.

Photo :
  • Istimewa

Purbaya menuturkan Indonesia sudah menemukan cara yang jitu untuk menghindari dan meringankan tekanan eksternal sehingga terlatih dalam menghadapi krisis global tersebut.

“Kalau saya lihat dari pengalaman kita selama ini dan strategi yang sudah kita terapkan selama ini, kita sudah menemukan cara jitu untuk menghindari atau meringankan tekanan negatif dari luar,” kata Purbaya dikutip dari Antara.

Ia mengatakan bahwa siklus bisnis Indonesia paling pendek tujuh tahun, jadi jika Indonesia resesi pada 2020 dan mulai pulih pada 2021 seharusnya perbaikan ekonomi ini bisa ekspansi maksimal sampai 2028.

“Itu paling tidak. Kalau kita pintar sedikit maka 10 tahun kita bisa ekspansi atau sampai 2031 nanti,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya