Erick Thohir Pede Laba Bersih BUMN Capai Rp 144 Triliun pada 2022

Menteri BUMN Erick Thohir saat rapat di DPR.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA Bisnis – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menyampaikan pertumbuhan kinerja BUMN pada tahun 2020 dan tahun 2021, di tengah kondisi pandemi COVID-19.

Bursa Asia Loyo Tertekan Laporan Laba Nvidia yang Moncer

Erick memastikan, dalam satu bulan ke depan, Kementerian BUMN untuk pertama kalinya sepanjang sejarah akan menerbitkan laporan BUMN secara konsolidasi. Dia bahkan menegaskan, transformasi BUMN sampai saat ini telah memperlihatkan hasil dari perbaikan kinerja secara menyeluruh.

"Total aset kita tumbuh dari Rp 8.312 triliun pada 2020 menjadi Rp 8.978 triliun pada 2021, atau naik delapan persen," kata Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Kamis 8 September 2022.

Penundaan Rencana Pembentukan BPI Danantara Jadi Sorotan

Baca juga: Erick Thohir Sebut 60 Juta Database PeduliLindungi Hilang

Kemudian, pendapatan usaha juga meningkat dari Rp 1.930 triliun menjadi Rp 2.292 triliun, atau naik 19 persen. Artinya, hal ini mirip dengan situasi sebelum pandemi COVID-19. "Jadi sudah kembali normal secara penjualan," ujarnya.

Dirut PLN Sambangi Kantor Danantara, Ada Apa?

Selain itu, Erick juga melaporkan bahwa laba bersih BUMN secara konsolidasi meningkat sangat signifikan. Dari Rp 13 triliun pada 2020, menjadi Rp 125 triliun pada 2021. Dengan efisiensi dan perbaikan bisnis model, Erick berharap laba bersih pada 2022 akan mencapai Rp 144 triliun.

Erick juga memaparkan bahwa total utang pendanaan konsolidasi BUMN pada 2021, yakni sebesar Rp 1.580 triliun. Hal itu setara 36 persen dari investasi tertanam (modal ekuitas plus utang pendanaan) pada BUMN dengan Rp 4.358 triliun.

"Jadi kondisinya sehat. Kita memang memfokuskan utang pendanaan investasi, karena kita ingin memastikan bahwa utang-utang ini punya return atau pengembalian yang baik," kata Erick.

Menteri BUMN Erick Thohir di UMKM BUMN Go Online.

Photo :
  • istimewa

Utang pendanaan terhadap EBITDA ini menurut Erick juga bisa dilihat menurun dari rasio 4,26 ke rasio 3,37. Semakin rendah angka rasio utang terhadap EBITDA, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar utang.

Sementara realisasi dividen pada tahun anggaran 2022 sudah mencapai Rp 39,7 triliun, atau lebih besar dari target awal yang sebesar Rp 36,4 triliun. Erick menargetkan, setoran dividen BUMN terus meningkat menjadi Rp 43,3 triliun pada 2023 mendatang.

"Kita coba lakukan efisiensi, efektivitas, dan perbaikan model bisnis. Dividen 2023 akan naik ke Rp 43,3 triliun, dan kita optimistis 2024 pun akan lebih dari Rp 43 triliun. Jadi ada kenaikan yang berjenjang. Maka dengan segala yang kita lakukan, baik penutupan, merger, dan lain-lain, kita bisa lihat angkanya sudah mulai kembali seperti sebelum COVID-19" ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya