Survei Sebut Kenaikan Harga Sudah Dirasakan Masyarakat, Apa Faktanya?
- VIVAnews/Zulfikar Husein
VIVA – Berdasarkan survei Danareksa Research Institute (DRI) pada Mei 2022 menunjukkan, dari dinamika global yang tengah terjadi saat ini terjadi kenaikan harga pada komoditas energi dan pangan. Kenaikan harga jelas survei itu sudah dirasakan oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Meski demikian, pengetahuan masyarakat terkait penyebab kenaikan harga tersebut mayoritas belum mengetahui apa penyebab kenaikan tersebut.
“Aktivitas ekonomi yang mulai pulih sejak tahun 2021 meningkatkan kebutuhan komoditas energi dan pangan. Namun peningkatan tersebut tidak diimbangi oleh ketersediaan pasokan sehingga memicu kenaikan harga komoditas, utamanya pada kuartal IV 2022,” kata DRI dalam laporannya dikutip, Rabu 22 Juni 2022.
Baca juga: Naik Xpander ke Kejaksaan, Lutfi Beri Keterangan Soal Minyak Goreng
Sementara untuk pola konsumsi masyarakat terfokus pada kebutuhan sekunder dan tersier. Sedangkan konsumsi primer masih relative terjaga.
Untuk adaptasi masyarakat di tengah kenaikan harga yaitu dengan, mengurangi pembelian makanan dan minuman di luar sebanyak 58,47 persen, mengurangi aktivitas hiburan 52,90 persen, dan mengurangi belanja pakaian 48,84 persen.
Melalui survei tersebut, dari kenaikan harga khususnya pangan memang sudah dirasakan oleh masyarakat. Karena saat ini harga pangan yang diantaranya cabai, bawang merah, dan sayur mayur tengah mengalami lonjakan harga.
Dari hal tersebut, pemilik warung makan yang ditemui VIVA di Kebon Sirih, Jakarta Pusat dagangannya sepi pembeli dan memicu omzet yang diterimanya menurun drastis.
“Masih sepi, belum stabil mahal semua. Dari setelah Lebaran sepi pembeli,” ujar Alfiyah saat ditemui VIVA.
Adapun dengan kenaikan harga tersebut berdampak pada penerimaan omzet yang menurun drastis. Di mana saat ini dia hanya bisa mendapatkan penghasilan Rp200.000-Rp300.000 per hari.
“Biasanya sebelum itu sampe Rp1.500.000- Rp2.000.000. Pendapatannya jauh banget ya gimana, nggak dagang ya nganggur,” keluhnya.
Alfiyah juga mengungkapkan dari kenaikan kebutuhan pokok tersebut dan menurunnya omzet yang diterimanya. Membuat dia harus mengutang kepada pedagang pasar.
“Harga naik malah ngutang ke pedagang pasar. Seminggu sekali baru bayar,” jelasnya.