AS Terancam Resesi Lagi, Apa Dampaknya pada Ekonomi Indonesia?

Wall Street New York
Sumber :
  • VIVAnews/Anton PM/ New York

VIVA – Amerika Serikat (AS) santer diisukan bakal mengalami resesi ekonomi. Hal itu mencuat setelah inflasi di AS yang meninggi dan rendahnya pertumbuhan ekonomi.

Bursa Asia Kinclong Seiring Indeks Australia Cetak Rekor, Investor Nantikan Sederet Data Ekonomi

Lantas dari ancaman resesi di AS adakah dampaknya terhadap Indonesia, dan seberapa besar dampaknya? 

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan, jika AS benar mengalami resesi, tentu dampaknya terhadap Indonesia tidak terlalu besar saat ini.

Menko Airlangga: Indonesia Siap Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari Amerika Serikat

Baca juga: Kata Luhut Soal Perkembangan Rencana Investasi Elon Musk di RI

“Beda dengan negara-negara tetangga kita ya seperti Malaysia, Thailand ataupun Singapura. Mereka itu hubungan dagangnya tinggi dengan negara-negara di luar,” ujar David saat dihubungi VIVA.

Anggota Kongres Sebut AS Sudah Bantu Israel Senilai Rp286 Triliun dalam Bentuk Senjata

Sebagai informasi, resesi merupakan kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) mengalami penurunan pertumbuhan selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

David melanjutkan, porsi ekspor dan impor Malaysia, Thailand, dan Singapura lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.

“Kita lebih besar porsi ekonomi domestik, jadi dampaknya nggak begitu besar. Justru yang terjadi sekarang itu kan ada isu mungkin kita akan mengalami secara global stagflasi,” terangnya.

David menjelaskan, stagflasi mengartikan ekonomi akan stagnan atau tidak berkembang dan tidak juga rugi, seperti di Amerika. “Mungkin akan kembali resesi, tapi di sisi lain inflasinya tinggi. Jadi harga-harga meningkat terutama karena harga komoditas,” jelasnya.

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi/Realisasi Investasi.

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Dia mencontohkan, seperti pengalaman di tahun 1970 dan 1950 saat terjadi stagflasi pasca perang dunia kedua. Kemudian inflasi yang tinggi pada 2011 dan 2014 akibat boom komoditas. Di mana ekonomi Indonesia justru kinerjanya semakin membaik.

Sementara itu, dari isu lockdown yang dilakukan China dampaknya terhadap Indonesia lumayan terasa. Karena China banyak melakukan impor ke Indonesia berupa intermediate goods atau barang setengah jadi.

“Banyak intermediate goods yang kita impor dari sana, jadi pasti akan mengganggu kelancaran pasokan barang di dalam negeri. Masih ada beberapa produknya yang terlambat ya, kalau kita ada beberapa importir yang mengeluh yang mengatakan bahwa barang-barang dari sana itu agak telat pengirimannya,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya