Minyak Goreng Naik, Ekonom: Waspadai Meroketnya Inflasi Maret
- VIVA/Anisa Aulia
VIVA – Setelah pemerintah membuat kebijakan melepas harga minyak goreng kemasan mengikuti harga keekonomian atau mekanisme pasar. Harga minyak goreng menjadi melambung tinggi di pasaran.
Selain harga minyak goreng menjadi tinggi atau lebih mahal. Keberadaanya pun tidak sulit ditemukan baik di pasar maupun retail modern. Hal tersebut berbalik saat masih ditetapkannya harga eceran tertinggi (HET).
Adapun berdasarkan penelusuran yang dilakukan VIVA, pada ritel modern Indomaret yang berada di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Harga minyak goreng dibandrol dengan harga yang cukup tinggi hampir menyentuh Rp50.000.
Baca juga: Harga Minyak Goreng Meroket, Bagaimana Dampak Terhadap Inflasi?
Untuk harga minyak goreng yang dijual di Indomaret tersebut pada kemasan premium Bimoli dijual dengan harga Rp47.100 per dua liter. Kemudian minyak goreng merk Fortune dijual sebesar 48.200 per dua liter.
Adapun dengan harga minyak goreng yang tinggi saat ini,akan berdampak terhadap inflasi Indonesia.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Samual menuturkan dengan harga minyak goreng yang tinggi saat ini akan menyebabkan inflasi di Maret ini.
“Berkebalikan dengan bulan Februari yang didorong deflasi. Kebijakan pemerintah yang melepas harga minyak goreng kemasan akan mendorong inflasi di Maret,” ujar David saat dihubungi VIVA, Senin 21 Maret 2022.
David melanjutkan, inflasi Maret akibat dari penetapan harga keekonomian ini akan ada di sekitar angka 0,5 persen. Dan jika ketegangan geopolitik terus berlanjut antara Rusia dan Ukraina dimungkinkan inflasi Indonesia di 2022 ini akan lebih tinggi.
“Inflasi tahun 2022 mungkin bisa saja lebih tinggi dari batas atas BI. Kalau perang berlangsung lama,” jelasnya.
Adapun penghapusan HET yang digantikan harga keekonomian, dilakukan pemerintah akibat dari naiknya harga komoditas global seperti minyak nabati termasuk di dalamnya kelapa sawit. Di mana faktor dari kenaikan itu adalah invasi Rusia ke Ukraina.