Pengamat: Wajar BBM Nonsubsidi Ikuti Harga Pasar, Pengguna Kelas Atas
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Bahan Bakar Minyak (BBM) Nonsubsidi jenis Pertamax, Pertamax Turbo, dan Pertamina Dex dinilai wajar untuk dinaikan harganya. Semua jenis BBM itu dikonsumsi kelompok menengah atas yang berkualitas dan ramah lingkungan.
Direktur Eksekutif Center for Energy and Food Security Studies (CEFSS), Ali Ahmudi Achyak mengatakan penyesuaian harga BBM nonsubsidi tepat saat ini karena pemakainya adalah kelas menengah atas.
Menurut dia, konsumen yang menggunakan BBM nonsubsidi minimal kadar oktan 92 dan konsumen tersebut telah memahami makna BBM berkualitas.
Baca juga: Gelar AIWW, PUPR Dapat Hibah Pengelolaan Air untuk IKN dari Korea
“Penggunaan BBM dengan RON lebih tinggi selain berdampak pada kinerja mesin dan ramah lingkungan, juga semakin mengurangi beban subsidi pemerintah pada BBM berkadar oktan rendah,” jelas Ali dalam keterangannya, Rabu 16 Maret 2022.
Menurut Ali, Pertamina sebagai BUMN energi yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan BBM Indonesia harus cerdas dan kreatif melakukan penyesuaian kebijakan internal maupun eksternal seperti efisiensi, diversifikasi produk, penyesuaian harga BBM nonsubsidi, dan lain-lain.
Selain itu, fungsi ganda BUMN sebagai “entitas bisnis” yang profit oriented dan PSO (Public Service Obligation) untuk menjaga kepentingan masyarakat luas harus dijalankan secara seimbang dan proporsional.
“Di sinilah peran Pemerintah untuk mengatur BUMN menjadi sangat penting dan strategis. Salah satu strategi yang paling mungkin dilakukan Pertamina saat ini adalah dengan menaikkan harga BBM nonsubsidi,” ujarnya.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya M Sinulingga, sebelumnya meminta para pemilik mobil mewah untuk tidak memakai BBM jenis Pertalite, mengingat produk itu ditujukan kepada masyarakat menengah ke bawah.
Dia juga meminta agar bahan bakar untuk masyarakat menengah ke atas yang memiliki kendaraan mewah tidak lagi disubsidi oleh pemerintah.
Menurut Arya, BBM dengan spesifikasi oktan tinggi harus mengikuti harga pasar. Apabila BBM untuk kendaraan mewah itu dibebankan kepada masyarakat menengah ke bawah, situasi tersebut menjadi tidak adil.
"BBM yang tidak disubsidi itu diberikan mengikuti mekanisme pasar, ini yang kami harapkan, dan ada kesadaran bagi mereka pemilik mobil mewah ini bersiap mengikuti harga pasar," katanya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada 2021 realisasi konsumsi Pertalite sebesar 23 juta kiloliter dan merupakan BBM jenis Bensin yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.
Konsumsi Pertalite mencapai 78 persen, di antara BBM jenis Bensin lainnya, seperti Pertamax, Pertamax Turbo, dan Premium.