Harga Batu Bara Desember 2021 Anjlok Jadi US$159,79 Per Ton
- vstory
VIVA – Kementerian ESDM menetapkan harga batu bara acuan pada Desember 2021 sebesar US$159,79 per ton. Harga itu turun US$55,22 atau 25,6 persen dibanding November 2021 yang menyentuh US$215,01 per ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan penurunan harga ini dipengaruhi oleh intervensi kebijakan pemerintah China dalam menjaga kebutuhan batu bara domestik mereka.
"Pemerintah Tiongkok telah meningkatkan produksi batu bara dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang berdampak pada meningkatnya stok batu bara domestik Tiongkok serta kebijakan pengaturan harga batu bara oleh pemerintah setempat," ujar Agung dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis 9 Desember 2021.
Baca juga: Permintaan China Naik, Harga Batu Bara Acuan Tembus US$161,63 per Ton
Agung menambahkan penurunan harga batu bara acuan bulan ini juga disebabkan oleh masih berlangsungnya krisis energi diikuti kenaikan komoditas energi fosil di luar batu bara.
"Peralihan penggunaan batu bara global akibat melonjaknya harga gas dan minyak bumi mulai pulih," jelasnya.
Penurunan harga batu bara acuan bulan ini merupakan kali pertama setelah hampir sepanjang tahun mengalami lonjakan harga.
Tahun ini, harga batu bara acuan dibuka pada level US$75,84 per ton pada Januari. Kemudian, kenaikan signifikan terjadi secara beruntun hingga November pada angka US$215,01 per ton.
Sebagai informasi, harga baru bara acuan merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya dengan kualitas yang disetarakan pada 6.322 kilokalori per kilogram GAR, total kelembaban 8,0 persen, total sulfur 0,8 persen, dan abu 15 persen.
Terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan harga batu bara acuan yaitu, penawaran dan permintaan.
Pada faktor turunan penawaran dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara penyuplai hingga teknis di rantai pasok, seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.
Sementara untuk faktor turunan permintaan dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti gas alam cair, nuklir, dan hidro.
Nantinya, harga batu bara bulan ini akan dipergunakan pada penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut selama satu bulan ke depan. (Ant)