RI Pamer Aksi Iklim ke Dunia di Paviliun Indonesia COP26
- Dok. KLHK
VIVA – Dalam upaya soft diplomacy bersamaan dengan hard diplomacy meja perundingan digelaran COP26 UNFCCC Glasgow, Pemerintah membuka Paviliun Indonesia. Paviliun ini mengambil tema 'Leading Climate Actions Together: Indonesia FOLU Net Sink 2030'.
Pembukaaan Paviliun Indonesia dilakukan oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong di gelaran COP 26 UNFCCC Glasgow, Inggris, Senin 1 November 2021, pukul 10.00 waktu setempat.
Alue mengatakan, Soft Diplomacy di Paviliun Indonesia akan menyuarakan tindakan, strategi, dan inovasi Indonesia kepada dunia internasional berupa aksi-aksi iklim Indonesia dalam mencegah peningkatan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius.
Baca juga: Jokowi 'Curhat' ke PM Slovenia soal Diskriminasi Sawit RI di Eropa
"Paviliun Indonesia menyajikan tonggak sejarah bagi Indonesia dengan menampilkan kebijakan dan tindakan dalam menangani perubahan iklim, menunjukkan komitmen Indonesia dalam negosiasi global, dan menyajikan banyak pelajaran dari lapangan," jelas Alue dalam keterangan tertulisnya, Selasa 2 November 2021.
Ia berharap, melalui Paviliun Indonesia akan disebarkan informasi yang konstruktif dan integratif tentang program pengendalian perubahan iklim oleh pemerintah Indonesia bekerjasama dengan para pihak, termasuk dengan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat global.
Selain itu, penyelenggaraan Paviliun Indonesia juga dalam rangka membuka peluang bagi para pihak dalam lingkup global untuk menggali ide, peluang, dan jejaring dalam rangka penguatan upaya pengendalian perubahan iklim di Indonesia.
Tak hanya itu, isu perubahan iklim juga telah mempengaruhi setiap negara. Efeknya mempengaruhi aspek perekonomian dan kesehatan dari masyarakat di seluruh dunia. Perubahan pola cuaca hingga terjadinya cuaca ekstrem yang memicu bencana alam dan wabah penyakit, telah nyata terlihat akhir-akhir ini.
"Tanpa tindakan, peningkatan suhu permukaan rata-rata dunia akan melampaui 3 derajat celcius abad ini. Orang-orang termiskin dan paling rentan yang paling terpengaruh," jelasnya.
Seperti diketahui, isu perubahan iklim sejalan dengan yang disampaikan Presiden Jokowi ketika berbicara dalam KTT G20 sesi II dengan topik perubahan iklim, energi dan lingkungan hidup di La Nuvola, Roma, Italia, Minggu, 31 Oktober 2021.
Pada kesempatan tersebut Jokowi menyatakan jika penanganan perubahan iklim harus diletakkan dalam kerangka besar pembangunan berkelanjutan.
Penanganan perubahan iklim harus bergerak maju seiring dengan penanganan berbagai tantangan global lainnya seperti pengentasan kemiskinan dan pencapaian target SDGs.
Untuk itu, Indonesia juga menekankan agar upaya penanganan perubahan iklim harus ditunjukkan melalui contoh nyata.
Indonesia telah membuktikan komitmen nyatanya dalam pengendalian perubahan iklim. Sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia, Indonesia telah menunjukkan kepada dunia bisa menekan angka deforestasi ke titik terendah dalam 20 tahun terakhir.
Indonesia juga melakukan rehabilitasi 3 juta hektare lahan kritis pada 2010-2019. Untuk itu dalam gelaran COP26 ini Indonesia meningkatkan ambisi iklimnya dengan targetkan Net Sink Carbon untuk sektor lahan dan hutan selambat-lambatnya tahun 2030 dan Net Zero pada 2060 atau lebih cepat.