Bos KCIC Jabarkan Sederet Transfer Teknologi Proyek Kereta Cepat
- ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
VIVA – Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dilakukan oleh PT KCIC bikin menuai polemik beberapa waktu ini. Khususnya terkait pembiayaannya yang diputuskan Pemerintah dibantu dengan APBN.
Meski demikian, proyek ini disebut bukalah proyek infrastruktur biasa. Selain menghadirkan moda transportasi baru di Indonesia, Kereta Cepat Jakarta-Bandung juga jadi ajang transfer pengetahuan dan teknologi bagi SDM di bidang konstruksi dalam negeri.
Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi dalam keterangannya menjabarkan, sejak awal pembangunan, proyek KCJB membawa banyak teknologi dan metode-metode baru di bidang konstruksi. Inovasi tersebut dinilai keuntungan tersendiri bagi Indonesia.
"Hal ini otomatis akan memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi perencana pembangunan maupun pelaksana untuk perancangan metode kerja di proyek di Indonesia selanjutnya,” jelas Dwiyana dikutip, Senin, 18 Oktober 2021.
Dia mengungkapkan, salah satu transfer teknologi dari Tiongkok ke Indonesia melalui proyek KCJB adalah penerapan metode baru cast in situ untuk full span girder. Meski metode ini tidak asing di Indonesia, namun cast in situ girder full span sekaligus seperti yang diterapkan di Proyek KCJB, adalah yang pertama di Indonesia.
Dwiyana memaparkan bahwa metode cast in situ untuk full span girder sepanjang 32 meter ini dilakukan sesuai dengan standar kualitas tinggi. Serta persyaratan desain struktur khusus kereta cepat.
“Cast in situ adalah metode cor ditempat langsung 1 span penuh. Metode cast in situ sendiri sudah sering dilakukan di Indonesia, namun biasanya tidak sekaligus. Yang sudah ada, misalnya dicor, dilakukan bertahap atau segmen per segmen (tidak sekaligus)," ungkapnya.
"Bisa dibayangkan, yang di proyek KCJB ini langsung jadi full 1 span, dengan panjang girder 32 meter. Sehingga ini yang membedakan dengan metode cast in situ yang sudah ada,” tambahnya.
Lebih lanjut menurutnya, Wijaya Karya (WIKA) selaku kontraktor lokal dalam konsorsium kontraktor KCJB juga melakukan pengembangan dari pengalaman pada proyek-proyek sebelumnya. Serta menyerap teknologi dan metode konstruksi dari casting yard #1 DK28 Sinohydro.
Berbekal pengalaman dan serapan pengetahuan dari kontraktor Tiongkok, Wijaya Karya melakukan pengembangan metode cast in situ untuk dapat dilaksanakan secara full span dan sekaligus. Wika bertanggung jawab pada pembuatan 137 full span box girder di proyek KCJB.
Alih teknologi lainnya adalah proses Girder Erection dari masing-masing casting yard, yang merupakan tempat pembuatan girder box precast. Transfer teknologi itu melalui pelibatan tenaga kerja lokal secara langsung, metode perencanaan dan kerja dari Proyek KCJB yang inovatif pun dapat dipelajari.
“Metode kerja inovatif pada proses girder erection di Proyek KCJB ini memberikan percontohan bagaimana pembangunan infrastruktur publik di jalur sibuk tetap dapat berjalan tanpa menghambat aktivitas masyarakat di sekitarnya.,” papar Dwiyana.
Selanjutnya, pengerjaan slab track juga merupakan bagian dari transfer teknologi. Yaitu, bantalan rel kereta yang berbentuk pelat yang berfungsi meneruskan beban dari atas secara merata.
Slab track atau bantalan rel yang digunakan dalam proyek KCJB ini berbeda dengan bantalan rel untuk kereta pada umumnya. Karena di cor beton, slab track ini tidak memerlukan bebatuan ballast di sepanjang rel dan minim perawatan.
Baca juga: Seratusan PNS Kementerian ATR Terlibat Mafia Tanah, 32 Orang Dipecat
Saat ini, pengerjaan slab track dilakukan sepenuhnya oleh SDM dari Wika yang prosesnya dilakukan di Slab Track Prefabrication Workshop di Dawuan, Purwakarta. Wika Beton akan melanjutkan produksi sebanyak 13.315 unit slab track dalam periode satu tahun terhitung sejak pertengahan 2021 hingga pertengahan 2022.
Dengan sejumlah transfer teknologi itu Dwiyana meyakini, dapat meningkatkan kemampuan dan pengalaman SDM di Indonesia di bidang konstruksi. Pada Proyek KCJB, WIKA membentuk tim transfer teknologi dari Sinohydro khususnya untuk pekerjaan konstruksi tunnel dan box girder, dan terjun langsung ke pekerjaan tunnel #1 dan casting yard #1.
Terkait pekerjaan konstruksi tunnel, CREC membuat buku panduan pengerjaan tunnel sebagai bagian dari transfer teknologi kepada Indonesia.
Secara simultan, terkait persiapan Standard Operational Procedure (SOP) dan regulasi-regulasi terkait kereta cepat, HSRCC dan China Railway tengah memfinalisasi dokumen untuk diserahkan kepada PT KCIC pada bulan Oktober 2021.
Dijelaskan bahwa, sebanyak 625 SOP, regulasi dan materi pelatihan akan diserahkan untuk menjadi referensi pembuatan SOP, Peraturan Menteri Perhubungan, serta bahan pelatihan bagi SDM Kereta Cepat nantinya.
“Tenaga-tenaga ahli dari Tiongkok senantiasa membagikan pengalaman dan pengetahuan dari proyek kereta cepat ini kepada berbagai kalangan, seperti asosiasi profesi dan perguruan tinggi. Tidak hanya itu, anggota dari KAI, WIKA, hingga Dirjen KA juga mendapatkan berbagai kesempatan pelatihan lapangan di berbagai titik proyek KCJB,” ungkapnya.