Bahlil Tegaskan Kementerian Sekarang Kompak, Susah Diakal-akali

Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Menteri Investasi atau Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menilai, menteri-menteri ekonomi saat ini merupakan menteri yang sulit untuk diakal-akali. Sebab, semua memiliki pengalaman bisnis yang baik.

LPI Survei 10 Menteri Kabinet Prabowo dengan Kinerja Terbaik: Nomor 1 dan 4 Mengejutkan

Menurutnya, ini penting dipertegas karena banyak pihak yang tidak ingin menjadikan Indonesia sebagai negara besar. Salah satunya yang mampu memproduksi baterai mobil dan hanya ingin menjadi eksportir bahan baku.

Hal ini dia sampaikan saat menjadi pembicara di acara CIMB Niaga Forum Indonesia Bangkit Volume 3. Acara ini digelar secara virtual, Rabu, 29 September 2021.

Golkar Rayakan Hari Ibu dengan Bedah Buku dan Pemberdayaan Perempuan

"Cuma kan akal-akal begini kan kita duluan punya akal duluan dan kami di kementerian sekarang kompak semua kementerian yang susah untuk dianeh-anehkan," tutur dia.

Bahlil mengungkapkan, ini dikarenakan dalam kalangan bisnis, pengusaha yang dianggap hebat hanya dilandasi pada dua kriteria. Pertama pengusaha yang mampu menyiasati aturan dan kedua adalah pengusaha yang mampu menaklukkan pejabat.

Penjelasan OIKN soal Heboh Aguan Investasi di IKN Demi Selamatkan Jokowi

Baca juga: Menteri Bahlil: Tidak Ada Investasi Smelter Nikel yang Rugi

"Nah rata-rata menteri ekonomi ini jago menaklukkan pejabat dan jago menyiasati aturan. Jadi sudah enggak mempan. Ini kira-kira potret yang harus kita lakukan bersama-sama," paparnya.

Karena itu, Bahlil mengatakan, saat ini Pemerintah telah menciptakan proses bisnis yang mudah dan sederhana serta tidak perlu memerlukan biaya besar untuk dapat membuka usaha dan investasi.

"Dalam konteks perizinan kami akan coba semaksimal mungkin agar tidak adanya gerakkan tambahan. Memang kami akui pertumbuhan investasi yang baik tidak diiringi dengan pertumbuhan ekonomi yang baik karena ICOR kita itu 6,6 persen," tegas dia.

Bahlil menekankan, penyebab utama investasi yang ada di Indonesia saat ini tidak mendorong laju pertumbuhan ekonomi karena Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dipengaruhi permasalahan fundamental yang selama ini tidak terurai.

"Dan salah satu ICOR penyebabnya itu bukan hanya logistik tapi karena adanya gerakkan tambahan pada saat proses perizinan harapan kami dengan OSS ini gerakan tanpa bola itu bisa kita minimalisir," ujar Bahlil.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya