KS dan Posco Bakal Investasi Bangun Pabrik Baja US$3,7 Miliar

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (PT KS), Silmy Karim
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

VIVA – PT Krakatau Steel Tbk akan menggelontorkan investasi baru untuk membangun pabrik baja bersama Pohang Steel and Iron Company (Posco) asal Korea Selatan di Cilegon.

Mencapai Kebebasan Finansial Lebih Cepat dengan Prinsip FIRE (Financial Independence, Retire Early)

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengungkapkan, pembangunan pabrik baru ini untuk merealisasikan pembentukan klaster baja demi mendorong produksi baja Indonesia 10 juta ton.

Untuk itu, dia mengatakan, investasi dibutuhkan untuk membangun pabrik baru dengan total nilai US$3,7 miliar. Kucuran investasi dari pabrik baja dua negara ini akan dilaksanakan 2022.

Susun Roadmap, Bahlil Sebut Kebutuhan Investasi Hilirisasi Capai US$618 Miliar hingga 2040

Baca juga: KS Bangun Pabrik, Jokowi: Tidak Ada Lagi Impor-impor Baja 

"Klaster ini Insya Allah akan terealisasi karena pada 2022 Krakatau Steel bersama Posco Korea akan melakukan investasi baru," ucap Silmy, saat meresmikan Pabrik Hot Strip Mill 2 di Cilegob Selasa, 21 September 2021.

Pengamat Apresiasi Prabowo, 2 Pekan di Luar Negeri Mampu Bawa Investasi USD 18,5 Miliar

Investasi baru ini, dirincikan akan dikucurkan senilai US$700 juta untuk memproduksi produk turunan Hot Rolled Coil (HRC) dan investasi US$3 miliar untuk menambah fasilitas baja di hulu. 

Silmy mengaku, realisasi produksi baja 10 juta ton sangat penting karena konsumsi baja dalam negeri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Apalagi akan dibangun pusat industri otomotif berbasis listrik di Indonesia.

"Kami yakin konsumsi baja nasional akan semakin tumbuh seiring dengan pembangungan infrastruktur, industri dalam negeri dan perekonomian Indonesia," papar Silmy.

Dalam kurun waktu 5 tahun dia menyebutkan, sejak 2014 konsumsi baja per kapita tumbuh dari 50 kg per tahun menjadi 71 kg per tahun. Artinya ada kenaikan konsumsi sekitar 40 persen.

"Di bawah kepemimpinan Bapak Presidem terjadi peningkatan konsumsi baja nasional yang sangat signifkan sekitar 40 persen. hal ini dapat terjadi karena kebijakan pemrintah dalam mendorong pembangunan infrastruktur," tegas dia.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya