Petani dan Nelayan Kritisi Kebijakan Impor Gila-gilaan Pemerintah
- ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
VIVA – Perhimpunan Petani Nelayan Seluruh Indonesia (PPNSI) mengkritisi kebijakan impor beberapa komoditas yang dilakukan pemerintah secara besar-besaran hingga periode awal tahun ini.
Ketu Umum PPNSI Slamet menyebutkan kebijakan impor gila-gilan oleh pemerintah imi dilakukan untuk komoditas seperti beras, hortikultura, gula dan garam. Sehingga, menandakan ketidakberpihakan pada petani dan nelayan.
Dia mencontohkan, untuk komoditas beras, pemerintah terus impor sejak 2018 sebanyak 2,2 ton atau setara US$1 miliar. Kemudian pada 2019 impor 444 ribu ton US$184 juta, 2020 impor 356 ribu ton US$195 juta dan 2021 impor 242 ribu ton US$110 juta.
"Padahal BULOG menyatakan stok beras di gudang BULOG cukup," kata Slamet di sela-sela Pelantikan Pengurus dan PPNSI, secara online dan offline, Minggu, 19 September 2021.
Baca juga: Napoleon Buat Surat Terbuka, Luruskan Kasus Penganiayaan M Kece
Terkait hal ini, Slamet pun menyayangkan komentar Presiden Joko Widodo yang seperti melakukan sebuah kebohongan publik karena mengatakan sudah dua tahun terakhir Indonesia tidak pernah mengimpor beras.
Padahal faktanya impor beras ditekankannya hampir setiap tahun terjadi bahkan saat presiden menyatakan demikian, impor beras pada 2021 sudah mencapai 242 ribu ton dengan nilai US$110 juta.
"Kita tidak ingin Presiden melakukan sebuah kebohongan publik karena sejatinya impor disaat stok beras cukup sama saja melakukan pengkhianatan kepada para petani lokal," tutur Slamet.
Untuk komoditas lainnya, Slamet menjelaskan, data BPS menunjukkan terjadi peningkatan signifikan impor kopi, teh dan rempah-rempah sebesar 55 persen pada akhir 2020 dibanding periode sebelumnya.
Kemudian, pada awal kuartal I 2021 impor produk perikanan menurut dia mencapai 42.079 ton, dengan nilai US$65,34 juta atau sekitar Rp942,2 miliar kurs Rp14.420 per dolar AS pada periode Januari-Februari 2021.
Impor didominasi oleh komoditas tepung ikan sebesar 24.465 ton dengan nilai US$16,94 juta. Untuk makarel, selama dua bulan terakhir sebanyak 5.844 ton diimpor dengan nilai transaksi US$8,07 juta.
Begitu juga dengan impor garam yang pada 2021 direncanakan sebesar 3,07 juta ton yang sampai pada semester pertama tahun ini sudah terealisasi kurang lebih 35,1 persen atau 1,08 juta ton.