Analisa Masa Depan Bisnis Indosat dan Tri Setelah Resmi Merger
- Dok. Indosat Ooredoo
VIVA – CK Hutchison Holdings Limited (CK Hutchison) dan Ooredoo QPSC (Ooredoo), secara resmi mengumumkan langkah merger bisnis telekomunikasi yang mereka lakukan di Indonesia melalui PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) atau Tri Indonesia.
Penggabungan kedua perusahaan itu akan menjadi perusahaan gabungan dengan nama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison).
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra menjelaskan, prospek ke depan dari aksi korporasi kedua pemain besar di bisnis telekomunikasi itu, disebut-sebut akan menempatkan hasil merger keduanya ke urutan lebih tinggi di kancah bisnis tersebut.
Baca juga: 51 Persen Kuasai Market Share Jalan Tol, Jasa Marga Janji Benahi Ini
"Ini bisa mengukuhkan posisi nomor 2 ISAT di Indonesia, di bawah Telkomsel. Jumlah pelanggan bertambah sekitar 80 persen," kata Ariston saat dihubungi VIVA, Jumat 17 September 2021.
Saat ditanya mengenai apa saja kira-kira potensi keuntungan yang bisa diraih kedua belah pihak melalui merger ini, Ariston tegas mengatakan bahwa potensi dan kekuatan keduanya tentu akan dikolaborasikan guna mencari terobosan baru.
Melalui pengalaman mereka di bisnis telekomunikasi, maka upaya mengefisiensikan sumber daya dan menekan segala macam biaya akan dilakukan demi hasil yang lebih baik.
"Keduanya bisa mengonsolidasikan sumber dayanya agar semakin efisien, sehingga biaya bisa ditekan tapi pendapatan bisa naik," ujarnya.
Diketahui, merger Ooredoo Q.P.S.C. dan CK Hutchison Holdings Limited ini secara otomatis akan turut menggabungkan bisnis telekomunikasi masing-masing pihak di Indonesia, yaitu PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo/ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I).
Sejak kabar merger keduanya merebak di Desember 2020 lalu, harga saham ISAT sudah bergerak naik dari sekitar harga Rp 2.500-an per saham ke posisi saat ini di level Rp 6.800-an per saham. Penggabungan ini juga disebut-sebut akan meningkatkan pangsa pasar dan memperkuat posisi nomor dua ISAT, meskipun masih jauh di bawah Telkomsel.
Dengan penambahan pasar, profit juga dipastikan akan bertambah mengingat performa keuangan ISAT di dua kuartal terakhir dikabarkan juga membaik. Pendapatan dari bisnis seluler dan data menunjukkan kenaikan sekitar 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal itu seiring upaya ISAT yang juga telah berhasil menjual Towernya di kuartal kedua tahun lalu, sehingga menambah kas yang bisa digunakan untuk melakukan ekspansi ke depannya.