Alpukat Pameling: Dulu Tak Dilirik Kini Jadi Primadona

Budidaya Alpukat Pameling di Desa Wonorejo, Lawang, Kabupaten Malang.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya (Malang)

VIVA – Petani di Malang sedang gencar menanam bibit alpukat pameling. Buah alpukat jenis ini cukup istimewa, ukurannya cukup besar antara 600 gram hingga 2 kilogram. Bentuknya lonjong memiliki buah atau daging tebal, berwarna kuning mentega dengan biji yang kecil. Lalu produktivitas pohonnya cukup banyak, satu pohon bisa menghasilkan hingga 400 kilogram buah. 

Temui Budiman Sudjatmiko, Apdesi Minta Desa Bisa Pasok Bahan Makan Bergizi Gratis

PT Pameling Raja Nusantara (Paranusa) di desa Wonorejo, Lawang, Kabupaten Malang menjadi satu-satunya perusahaan di Indonesia yang membudidayakan bibit alpukat pameling. Mereka menggandeng kelompok tani dalam pengembanganya. Alpukat pameling yang dulu tidak dilirik oleh petani kini menjadi primadona karena harganya cukup tinggi minat pasar juga besar.

"Ini baru booming-nya satu tahun ini. Sebenarnya kalau budidayanya kita sudah sejak 2016. Tetapi 2020 mulai bergerak lagi. Ini sudah hampir 8.000 bibit. Kita targetnya 1 juta bibit untuk usianya pohon alpukat pameling bisa mencapai 70 tahun hingga ratusan," kata ketua Gapoktan Karya Makmur, Dadang Pramudya, Minggu, 5 September 2021.

1 Jutaan UMKM Pertanian hingga Perikanan Utangnya Bakal Diputihkan, Nilainya Rp 10 Triliunan

Baca juga: Momen Jokowi Video Call Atlet Peraih Emas Paralimpiade Tokyo

Satu pohon alpukat pameling bisa menghasilkan 200 hingga 400 kilogram dalam sekali panen. Alpukat pameling tidak mengenal musim, pohon ini bisa panen 3 kali dalam setahun. Harga jualnya Rp30 ribu per kilogram, jika dirata-rata hasil panen untuk satu pohon bisa mencapai Rp6 juta. 

Mentan Amran Sebut Sektor Pertanian RI Harus Satu Komando, Singgung Pupuk-Bulog di Bawah BUMN

"Dulu petani menjual hanya sekadarnya. Hanya ala kadarnya. Sekarang lebih dari itu, bisa ekspor dan diolah. Dulu kami khawatir mau dijual kemana. Sekarang antusias karena sekarang sekilo bisa Rp30 ribu lebih. Sekarang berbondong-bondong menanam alpukat karena 10 ton sekali panen," ujar Dadang. 

Alpukat Pameling

Photo :
  • VIVA/Lucky Aditya (Malang)

Mendengar kabar itu, Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso datang melihat langsung kebun alpukat pameling milik PT Paranusa. Apalagi budidaya alpukat pameling di Malang satu-satunya di Indonesia. Mereka akan membantu pemasaran ke seluruh dunia, dengan menjadikan PT Paranusa sebagai role model di Indonesia.

"Ini menjadi salah satu ekosistem produk pertanian alpukat dan akan kita kembangkan processing-nya. Selain dijual sebagai alpukat untuk dimakan tetapi juga bisa dibuat produk lainnya yang bisa menyerap tenaga kerja.  Nanti akan dihubungkan dengan ekosistem ekspor ini akan dikembangkan ke seluruh Indonesia," tutur Wimboh. 

Wimboh mengatakan, alpukat pameling adalah potensi luar biasa yang dimiliki oleh Malang. Buah ini harus disebar dan ditanam ke seantero nusantara, karena alpukat pameling berkualitas tinggi. OJK mengajak perbankan turut membantu petani dalam mengembangkan budidaya alpukat pameling. Tujuannya memberikan penyerapan tenaga kerja dan juga membuka kran ekspor Indonesia. 

"Jika ini dilakukan akan memberikan dorongan ekonomi kita tentunya orientasinya ekspor. Pemerintah akan hadir melihat dan membantu ekosistem ini sampai pada ekspor. Dan perbankan dengan Pameling Raja Nusantara ini sudah diberikan KUR dalam model klaster, sampai KUR pada ekspor," kata Wimboh.

Sementara itu, Bupati Malang M Sanusi mengatakan bahwa di beberapa kecamatan di wilayahnya terus mengembangkan budidaya alpukat pameling. Proses perawatannya cukup mudah, harga jualnya tinggi sehingga membuat petani tergoda menanam alpukat pameling. 

Selain di Wonorejo, Lawang. Mereka juga memiliki kebun alpukat pameling seluas 50 hektare. Saat ini sudah memasuki tahun kedua pasca penanaman. Rencananya pada panen raya di tahun ketiga nanti, Presiden RI Joko Widodo akan memimpin panen raya alpukat pameling pertama di Indonesia.

"Petani sekarang itu sudah pandai sudah pinter tentang analisa ekonomi. Ketika analisa ekonominya tinggi petani akan tanam alpukat pameling. Sudah ditanam 50 hektare di Wajak umur 2 tahun nanti tahun ketiga siap panen dan Pak Presiden akan datang. Itu ditanam di lahan warga, produktifitas 1 pohon 400 kilogram dengan harga Rp30 ribu bisa Rp6 juta (per pohon)," ujar Sanusi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya