Dwi Soetjipto: Sektor Hulu Migas Kini Sunrise Industry

Kepala SKK Migas dwi Soetjipto.
Sumber :
  • M Yudha P/VIVA.co.id

VIVA – Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas, Dwi Soetjipto menegaskan, pihaknya dan Pemerintah terus mendorong mendorong para perusahaan hulu migas untuk berinvestasi di Tanah Air. Potensinya diyakini masih besar di masa depan.

Komisi XI DPR Desak Apple Tanggung Jawab Ketimpangan Pendapatan dan Investasi di Indonesia

Bahkan dia menjelaskan, SKK Migas memperkirakan bahwa industri hulu migas memiliki potensi untuk menarik investasi dengan total mencapai US$187 miliar sampai 2030. Dengan total gross revenue mencapai US$371 miliar.

"Dengan proyeksi pencapaian negara sebesar US$131 miliar ini, maka industri migas yang dulu banyak dipersepsikan sebagai sunset industry kini telah menjelma sebagai sunrise industry," kata Dwi dalam telekonferensi di webinar 'Peran Perbankan Nasional di Industri Hulu Migas', Kamis 19 Agustus 2021.

BRI Hadirkan Kemudahan Investasi Sukuk Tabungan ST013 Melalui BRImo

Dia menambahkan, besarnya multiplier effect dari terlaksananya misi ini tidak hanya akan terjadi dalam hal proyeksi pendapatan negara, namun juga dalam beberapa hal. 

"Seperti tumbuhnya industri-industri pendukung di hulu maupun hilir dari industri Migas, serapan tenaga kerja, dan lain-lain," ujarnya.

Teknologi Asal Denmark Kini Dorong Produksi Lokal dengan Meningkatkan Pabrik di Jakarta 

Baca juga: Jokowi: Porang Akan Jadi Makanan Masa Depan

Untuk mengembangkan sektor perbankan, sejak tahun 2008 SKK Migas juga telah mewajibkan transaksi pembayaran pengadaan barang dan jasa dilakukan melalui perbankan. Melalui kewajiban ini, nilai transaksi jasa perbankan pun diakui Dwi juga terus mengalami peningkatan.

Lebih lanjut dia mengatakan, pemanfaatan perbankan nasional juga dilakukan melalui kewajiban penyimpanan dana cadangan. Khususnya, untuk pemulihan kondisi lapangan wilayah kerja setelah operasi atau Abandonment and Site Restoration (ASR) atau penundaan penyetoran dana pascatambang, yang dimulai sejak 2009 silam.

"Di mana sebelumnya hal tersebut tidak pernah dilakukan atau tidak dicadangkan," kata Dwi.

Dia menilai, hal ini menunjukkan adanya semangat yang sama antara industri migas dan juga industri perbankan nasional. Yaitu dalam melakukan sinergi demi kemajuan sektor masing-masing.

"Di mana saat ini akumulasi jumlah dana ASR ini mencapai US$2,2 miliar atau sekitar Rp32 triliun, yang tentunya berperan besar dalam meningkatkan kemampuan pembiayaan dari bank-bank nasional dalam hal penyaluran kredit," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya