Seluruh Pabrik Danone-Aqua Ditargetkan Pakai PLTS Atap pada 2023
- Dokumentasi Danone Indonesia.
VIVA – Danone Indonesia dan belasan perusahaan nasional dan multinasional dari berbagai sektor industri, menyatakan dukungan untuk mengakselerasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia. Komitmen ini juga sejalan dengan visi Pemerintah Indonesia untuk memenuhi 23 persen bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2025.
Pernyatan komitmen itu pun disampaikan dalam rangkan momen peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76. Pernyataan dukungan ini disampaikan secara virtual pada acara peluncuran pernyataan aspirasi bersama bertema 'Supporting Indonesia Renewable Energy Transition through Commercial and Industrial Sectors Collaboration' diselenggarakan oleh Clean Energy Investment Accelerator (CEIA) Indonesia.
Tiga belas perusahaan yang menyatakan komitmennya tersebut adalah Danone Indonesia, Amazon, Body Shop, Columbia, grup H&M, Multi Bintang Indonesia, New Balance, Nike, Nutrifood, REI, Schneider Electric, Six Senses, dan VF Corporation.
Co-lead CEIA Indonesia dan Country Director Allotrope Partners Gina Lisdiani mengungkapkan, mereka menyatakan kesediaan untuk bermitra dengan Pemerintah Indonesia, sektor keuangan, mitra utilitas, dan pemangku kepentingan pasar lainnya, untuk bersama mencapai tujuan energi terbarukan di Indonesia.
"Kami senang dapat memfasilitasi pernyataan aspirasi bersama dari anggota kelompok kerja CEIA, yang mewakili beberapa konsumen energi terbesar di Indonesia. Kami memiliki visi yang sama dalam memberikan ruang bagi konsumen energi untuk berpartisipasi dalam pengadaan energi terbarukan dan mempercepat capaian target energi terbarukan Indonesia," ujar Gina dikutip dari keterangannya, Kamis, 19 Agustus 2021.
Dia mengungkapkan, sinergi ini diyakini dapat mengakselerasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia. Sekaligus menjadi peluang investasi dan membuka lapangan kerja baru, sehingga Indonesia dapat mencapai 50 persen bauran EBT pada saat memperingati ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-100 pada 2045.
"Anggota kelompok kerja corporate buyer CEIA Indonesia dan rantai pasok mereka dapat memainkan peran yang kuat dalam berbagi pengetahuan mereka dan mendukung replikasi pengalaman pengadaan EBT di pasar lain tempat mereka beroperasi,” tambahnya.
Sementara itu, Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia Ratih Anggraeni mengungkapkan, langkah ini diambil sebagai bagian dari komitmen global untuk menjawab isu perubahan iklim yang saat ini telah menjadi tantangan sistemik dunia. Jadi mitra Pemerintah dalam menerapkan energi terbarukan salah satu prioritas Danone karena sejalan dengan visi global perusahaan, One Planet One Health.
"Kami berkomitmen mendukung Pemerintah Indonesia dan terbuka untuk berkolaborasi dalam upaya mempercepat transisi penggunaan energi terbarukan di Indonesia melalui penguatan kebijakan dan peraturan, serta program yang mendukung munculnya opsi-opsi pengadaan energi terbarukan yang kompetitif dan inovatif,” ungkapnya.
Dia pun menjabarkan, Danone Indonesia mengembangkan berbagai inisiatif dan upaya kolaborasi lintas pemangku kepentingan untuk menegaskan komitmen tersebut. Seperti mencapai 100 persen penggunaan energi listrik terbarukan pada tahun 2030, yang saat ini telah mencapai 54 persen di tingkat global. Serta mencapai zero net carbon emission di sepanjang rantai pasoknya pada 2050.
Lebih lanjut menurutnya, komitmen ini diwujudkan di Indonesia dengan penggunaan pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 6,2 MWp di keempat pabrik yang dimiliki saat ini.
"Selain itu, kami juga merealisasikannya melalui pemasangan boiler biomassa berkapasitas 6 ton sebagai penghasil tenaga uap di pabrik kami yang lain. Kami pun berkomitmen untuk terus memperluas kapasitas dan jangkauannya ke lebih banyak pabrik kami yang lain.” tambah Ratih.
Menurutnya, pihaknya menargetkan PLTS dapat terpasang di seluruh atap pabrik Danone-Aqua pada 2023. Dengan total kapasitas sistem lebih dari 15 MWp dan mampu menghasilkan listrik sebesar 21 GWh serta mengurangi emisi karbon sebesar 16.633 ton CO2 per tahun. Setelah itu, dilanjutkan secara bertahap di seluruh pabrik Sarihusada dan Nutricia hingga tahun 2025.