Erick Thohir Ungkap Tantangan PLN Masuk Era Energi Terbarukan

Ilustrasi jaringan liistrik PLN.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, membeberkan apa saja pekerjaan rumah (PR) dan tantangan yang harus dihadapi oleh PT PLN (Persero). Khususnya dalam memasuki era pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) yang saat ini tengah gencar diusung oleh sejumlah negara.

Striker Timnas Indonesia Tumpul, Cristian Gonzales Ajukan Diri ke Erick Thohir

Pekerjaan rumah dan tantangan bagi PLN itu antara lain mengonversikan sumber daya yang digunakannya menggunakan energi baru terbarukan (EBT), dengan prinsip yang lebih ramah lingkungan.

"Ke depan PLN harus mengkonversi 21 GW harus jadi EBT, di 19 tahun pertama. 15 tahun berikutnya, harus mengkonversi 29 GW menjadi EBT. Nah ini sesuatu yang enggak terelakkan," kata Erick dalam telekonferensi, Kamis 12 Agustus 2021.

Ministers of SOEs and PPPA Collaborate to Strengthen Public Services

Baca juga: Mau ke LTC Glodok Tapi Belum Divaksin, Pengelola Kasih Solusinya

Erick menambahkan, pekerjaan rumah dan tantangan bagi PLN itu pun masih harus ditambah dengan adanya kondisi keuangan PLN. Yang tercatat, saat ini memiliki utang hingga mencapai Rp500 triliun.

Ketum PSSI Erick Thohir Bongkar Penyebab Jay Idzes Cs Mau Bela Timnas Indonesia

Selain itu, lanjut Erick Thohir, PLN juga harus mengubah pembangkit listrik yang dimilikinya menggunakan EBT, di samping tanggung jawab lain berupa penugasan dari Kementerian BUMN dalam hal pemberian kompensasi atau bahkan subsidi bagi para pelanggannya.

Karenanya, Erick pun menekankan bahwa PLN harus melakukan sejumlah terobosan luar biasa. Seperti misalnya menekan capital expenditur atau belanja modal dengan cara menyingkirkan berbagai proyek-proyek aneh.

Langkah lainnya yakni seperti melakukan refinancing pada utang sejumlah Rp500 triliun yang dimiliki oleh PLN, yakni dengan opsi bunga yang lebih murah. "Jadi memperkuat cashflow PLN," ujar Erick.

Kemudian, dalam hal upaya memperbaiki kinerja keuangan PLN, Erick mengaku bahwa pada rapat bersama tiga menteri beberapa waktu lalu, juga telah dibahas soal relaksasi kompensasi. Di mana sebelumnya memerlukan waktu dua tahun namun sekarang bisa enam bulan.

"Kita sesama menteri gotong royong, soalnya enggak mungkin sendiri-sendiri. Dengan perbaikan cashflow, terus abis itu efisiensi, smart meter, digitalisasi, kebocoran ini bisa kita kurangi. Nah ini supaya PLN sehat dan bisa bersaing," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya