Harga Rumah di Menteng dan Pondok Indah Makin Turun, Ini Alasannya
- VIVA.co.id/ Foe Peace Simbolon
VIVA – Properti rumah di kawasan elit seperti Pondok Indah, Jakarta Selatan, dan Menteng, Jakarta Pusat, sedang heboh diperbincangkan masyarakat saat ini. Sebab, rumah yang dijual di kawasan tersebut selama pandemi COVID-19 ini semakin banyak.
Country Manager Rumah.com Marine Novita mengungkapkan, kenaikan jumlah suplai di area Menteng dan Pondok Indah sudah terjadi sejak kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020. Kemudian pada awal tahun ini masih terjadi kenaikan, suplai namun tingkat kenaikannya tidak setinggi pada semester kedua 2020.
Alhasil menurutnya, harga rumah di kawasan elit ibu kota itu terus mengalami penurunan. Kawasan Menteng mengalami penurunan harga yang lebih besar dibandingkan Pondok Indah.
"Tingkat penurunan harga sempat berkurang, bahkan bertahan di kuartal IV-2020, namun kembali turun pada kuartal I-2021 berlanjut dengan tingkat penurunan yang terakselerasi pada kuartal II-2021 di kawasan Menteng. Untuk daerah Pondok Indah harga secara kuartalan tetap bertahan pada kuartal II-2021," jelas Marine dikutip dari keterangannya, Sabtu, 10 Juli 2021.
Menurutnya, fenomena tersebut dapat dijelaskan berdasarkan data hasil riset Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI). Terlihat, semakin banyak pemilik rumah memang ingin menjual rumah di kedua daerah tersebut sejak awal semester II-2020, namun sampai sekarang banyak yang belum terjual.
Sehingga lanjutnya, harga rumah pun terus mengalami penurunan hingga sekarang ini. Namun, tingkat penurunan yang terjadi jika dilihat dari data sebetulnya bukanlah penurunan harga yang relatif drastis. Bahkan, jika dibandingkan dengan kawasan lain di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Sebab, jika dibandingkan dengan kenaikan dan penurunan indeks harga pada kuartal I, menurut data Rumah.com Indonesia Property Market Index Q2 2021, wilayah-wilayah di DKI Jakarta mengalami penurunan secara merata di kisaran 0,44 persen per kuartal.
Wilayah dengan penurunan harga terbesar adalah Jakarta Pusat, yang turun sebesar 1,52 persen pada kuartal pertama 2021 dibanding kuartal sebelumnya. Sementara itu, Jakarta Selatan turun sebesar 1,19 persen.
"Artinya, tingkat penurunan harga di area Menteng dan Pondok Indah masih lebih rendah dibanding tingkat penurunan secara umum di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan," tegasnya.
Terlepas dari informasi tersebut kata Marine, penurunan harga perumahan mewah memang telah terjadi saat ini. Namun, kemungkinan besar para pemilik masih mampu menahan sehingga tidak akan mengobral begitu saja.
"Penurunan harga di kedua wilayah ini masih terbilang wajar karena permintaan untuk harga di kisaran ini memang sedang rendah,” ungkap Marine," ungkapnya.
"Tren penurunan harga di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan memang terjadi secara luas, baik di segmen rumah tapak maupun apartemen. Kedua wilayah ini memiliki harga per meter persegi yang tertinggi di antara wilayah Jakarta lainnya," tambahnya.
Sementara itu, tren pencarian properti di kawasan Jabodetabek masih didominasi pencarian rumah tapak yakni sebesar 90 persen dari total pencarian properti di Rumah.com. Dengan lokasi pencarian yang paling populer adalah Jakarta Selatan (24 persen).
Baca juga: Intip Harga Saham Bukalapak, Unicorn Pertama yang Akan Tercatat di BEI
Jika diakumulasikan, mayoritas pencarian (56 persen) berasal dari DKI Jakarta. Kisaran harga yang paling diminati berasal dari kisaran Rp300 juta hingga Rp750 juta (27 persen). Sedangkan, jika diakumulasikan, mayoritas pencarian menginginkan hunian di bawah Rp1 miliar (56 persen).
Bagi mereka yang mencari properti untuk berinvestasi, peluang tersebut sebenarnya lebih terlihat di daerah tengah kota dengan kisaran harga yang masih terjangkau. Misalnya Cempaka Putih, Jakarta Pusat, di mana pergerakan suplai dan harganya lebih dinamis serta lebih mudah diamati.
Selain itu harga per meternya masih lebih terjangkau, hampir sepertiga dari wilayah Menteng. Begitu juga dengan wilayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan, yang punya peluang berkembang karena adanya transportasi umum MRT.
"Kedua daerah ini mengalami penurunan di kuartal-kuartal tertentu. Sehingga membuka peluang masuk berinvestasi namun jika dilihat dalam horizon 2 tahun masih mengalami peningkatan harga," tegasnya.