ILO Proyeksikan Jumlah Pengangguran di Dunia 205 Juta Orang pada 2022

Ilustrasi pengangguran.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – International Labour Organization (ILO) merilis outluk ketenagakerjaan dunia 2021. Hasilnya, Pandemi COVID-19 memperpanjang mimpi buruk masalah sektor ketenagakerjaan di dunia.

UMP Jakarta 2025 Bakal Diumumkan Setelah Pilkada

Laporan World Employment and Social Outlook: Trends 2021, (Tren WESO) menunjukan, krisis pasar kerja akibat pandemi COVID-19 masih jauh dari tuntas. Pertumbuhan ketenagakerjaan belum memadai untuk menutupi kerugian hingga paling tidak hingga 2023. 

“Pemulihan dari COVID-19 bukan lah hanya masalah kesehatan. Kerusakan besar terhadap perekonomian dan masyarakat perlu ditanggulangi," ujar Direktur Jenderal ILO Guy Ryder dikutip dari keterangannya, Jumat 4 Juni 2021.

Pekerja Sektor Keuangan di Indonesia Alami Stres, Ini 3 Faktor utamanya

Riset ILO memproyeksikan kesenjangan pekerjaan akibat krisis global ini akan mencapai 75 juta pekerja pada 2021, sebelum menurun ke angka 23 juta pada 2022. Kesenjangan dalam jam kerja, yang mencakup kesenjangan pekerjaan dan mereka yang mengalami pengurangan jam kerja, mencapai jumlah yang setara dengan 100 juta pekerjaan penuh waktu pada 2021 dan 26 juta pekerjaan penuh waktu pada 2022.

Menurunnya jumlah pekerjaan dan jam kerja ini bahkan lebih besar daripada masalah ketenagakerjaan pra-krisis seperti tingkat pengangguran, kurangnya pemanfaatan tenaga kerja dan kondisi kerja yang buruk.

Wamenaker Noel Merinding Hadiri Istighosah Sritex: Baru Kali Ini Buruh-Pengusaha Satu Suara

Baca juga: Kemnaker Buka-bukaan Soal Nasib Karyawan Giant, Ribuan Kena PHK

Dengan data-data tersebut, ILO memproyeksikan tingkat pengangguran global diprediksi bertahan pada 205 juta orang pada 2022. Jumlah itu sara 5,7 persen dari total pekerja yang ada di dunia.

Namun, jumlah itu jauh lebih besar dari 187 juta pada 2019. Di luar periode krisis COVID-19, tingkatan pengangguran seperti ini terakhir terlihat pada tahun 2013.

Menurutnya, tanpa upaya yang matang untuk mempercepat penciptaan pekerjaan yang layak, dan mendukung anggota masyarakat yang paling rentan, serta memulihkan sektor perekonomian yang paling terkena imbas. Dampak berkelanjutan dari pandemi akan terus muncul di tahun-tahun mendatang.

"Dalam bentuk hilangnya potensi sumber daya manusia dan perekonomian serta semakin tingginya kemiskinan dan ketimpangan,” tambahnya.

Selain melihat kehilangan jam kerja dan pekerjaan serta pertumbuhan pekerjaan, WESO memaparkan strategi pemulihan yang terstruktur dalam empat prinsip. Yaitu, mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang luas dan penciptaan pekerjaan yang produktif.

Kemudian, mendukung pendapatan rumah tangga dan transisi pasar kerja, dan memperkuat kebutuhan mendasar untuk pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang inklusif. selanjutnya, berkelanjutan dan tangguh; dan menggunakan dialog sosial untuk mengembangkan strategi pemulihan berpusat manusia. 

“Kita membutuhkan strategi yang komperehensif dan terkoordinasi, berdasarkan kebijakan berpusat manusia, dan didukung oleh aksi dan pendanaan. Tidak ada pemulihan nyata tanpa pemulihan pekerjaan,” ungkapnya.

Meski demikian ILO memproyeksikan, pemulihan ketenagakerjaan global akan lebih cepat pada pertengahan kedua 2021. Dengan syarat Pandemi COVID-19 tidak semakin memburuk.

Namun, pemulihan itu tidak akan merata akibat ketidaksetaraan akses ke vaksin dan terbatasnya kapasitas negara-negara berkembang dan ekonomi baru dalam mendukung perangkat stimulus fiskal yang kuat. Selanjutnya, kualitas dari pekerjaan baru yang tercipta cenderung memburuk di negara-negara tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya