Penghasilan Turun, BP Jamsostek Tetap Mampu Bayar Klaim Ratusan Bulan
- vivanews/Andry Daud
VIVA – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek mengumumkan laporan keuangan yang telah di audit untuk tahun buku 2020. Hasilnya, penghasilan BP Jamsostek turun meskipun total asetnya masih naik.
Direktur Utama BP Jamsostek Anggoro Eko Cahyo menjelaskan, penghasilan neto pada periode itu hanya mencapai Rp63,47 miliar. Penghasilan neto tersebut mengalami penurunan dibanding posisi pada 2019 sebesar Rp318,27 miliar.
Sementara itu, dari total aset menjadi sebesar Rp15,80 triliun dari realisasi pada periode 2019 sebesar Rp15,83 triliun, Adapun untuk dana investasi menjadi Rp11,66 triliun dari Rp11,86 triliun, sedangkan hasil investasi menjadi Rp824,8 miliar dari Rp876,21 miliar.
Baca juga:Â Karyawan Giant yang Kena PHK Masih Jadi Misteri, Ini Penawaran Hero
"Tentu kita tahu ini juga akibat pandemi lalu," tutur Anggoro saat pemaparan publik secara virtual, Senin, 31 Mei 2021.
Meski begitu, Anggoro menekankan, dari sisi dana jaminan sosial mengalami peningkatan dari sisi aset, yakni dari pada 2019 sebesar Rp428,3 triliun menjadi Rp483,78 triliun. Sedangkan, penerimaan iuran turun dari Rp73,42 triliun menjadi Rp73,26 triliun.
Adapun dari sisi pembayaran jaminan juga mengalami peningkatan yang cukup pesat, yakni dari Rp29,71 triliun pada 2019 menjadi sebesar Rp36,44 triliun. Sedangkan, hasil investasi meningkat dari Rp28,25 triliun menjadi Rp31,50 triliun.
"Kalau kita lihat jumlah aset tetap meningkat karena ini ditopang kinerja investasi," paparnya.
Anggoro pun merincikan, dari sisi pendapatan iuran program jaminan kecelakaan kerja (JKK) sebesar Rp3,79 triliun atau turun dari 2019 sebesar Rp5,92 triliun. Sedangkan, klaim turun dari Rp1,57 triliun pada 2019 menjadi Rp1,55 triliun pada 2020.
Di sisi lain, dia melanjutkan, jumlah aset dari JKK mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pada laporan keuangan untuk tahun buku 2020, jumlah aset JKK sebesar Rp41,06 triliun ari 2019 sebesar Rp36,42 triliun.
Adapun untuk program jaminan kematian (JKM), dari sisi pendapatan iuran turun dari Rp2,81 triliun menjadi Rp1,82 triliun. Sementara itu, total klaim sepanjang 2020 naik menjadi Rp1,34 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp862,72 miliar.
Selanjutnya, total aset program JKM meningkat pesat dari yang pada 2019 sebesar Rp13,43 triliun menjadi sebesar Rp14,84 triliun. Di topang pula oleh hasil investasi sebesar Rp1,1 triliun dari 2019 sebesar Rp1,01 triliun.
Dengan catatan itu, anggoro menekankan, aset bersih program JKK cukup untuk membayar klaim sebanyak 297 bulan ke depan. Dengan aset bersih JKM cukup untuk membayar klaim hingga 109 bulan ke depan.
Untuk program jaminan hari tua (JHT) dikatakannya memiliki tingkat kesehatan keuangan 95,42 persen karena program tersebut bersifat jangka panjang. Iuran dibandingkan dengan klaim pada 2020 memiliki selisih positif Rp10 triliun.
Khusus untuk program jaminan pensiun (JP), Anggoro menekankan, tingkat kesehatan keuangannya lebih dari 100 persen dan dikategorikan aman. Sebab, saat ini mayoritas peserta belum memasuki usia pensiun.