Masih Kontraksi, Ekonomi RI Kuartal I-2021 Minus 0,74 Persen
- VIVAnews/Mohammad Yudha Prasetya
VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 masih kontraksi dengan minus di posisi 0,74 persen secara tahunan (yoy). Laju pertumbuhan ini lebih baik jika dibandingkan ekonomi kuartal IV-2020 yang minus 2,19 persen.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kuartal I-2020 tentu dikatakannya ekonomi Indonesia masih dalam posisi tak normal karena periode itu masih tumbuh 2,97 persen yoy. Kondisi ini disebabkan masih adanya Pandemi COVID-19
Kepala BPS, Suhariyanto mengungkapkan, dengan catatan itu, perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp3.922.6 triliun sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp2.703,1 triliun.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2021 in masih kontraksi sebesar 0,74 persen secara yoy sementara secara qtq kontraksi 0,96 persen," kata dia saat konferensi pers, Jakarta, Rabu, 5 Mei 2021.
Suhariyanto menekankan, kembali pulihnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode tersebut tidak terlepas dari meroketnya pertumbuhan ekonomi beberapa negara mitra dagang utama. Misalnya China yang sudah mencapai 18,3 persen pada kuartal I-2021.
"Sedangkan Amerika Serikat mitra dagang kita kedua pada kuartal I tumbuh 0,4 persen, demikian juga Singapura 0,2 persen Korea Selatan, Vietnam dan Hongkong pada kuartal I ini tumbuh 7,8 persen," ucap dia.
Dari dalam negeri, bergeraknya ekonomi Indonesia masih dalam zona kontraksi, dikatakannya tergambar dari produksi mobil pada kuartal I-2021 yang mencapai 255.312 unit atau 23,36 persen secara qtq meskipun secara yoy masih turun 22,16 persen.
Penjualan mobil secara wholesale juga mencapai 187.021 unit atau naik 16,63 persen qtq dan turun 21,05 p yoy. Demikian juga penjualan sepeda motor secara wholesale sebesar 1.293.933 atau naik 64,52 persen qtq dan turun 17,61 persen
"Ini menunjukkan bahwa tanda-tanda pemulihan ekonomi akan semakin nyata dan tentu kita harap ke depan apa yang kita harapkan pemulihan ekonomi 2021 betul-betul bisa terjadi," tegas Suhariyanto.