Bos Pertamina Ungkap Cara Tak Tergantung Lagi ke Asing Kembangkan EBT

Dirut Pertamina, Nicke Widyawati.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVAnews.

VIVA – Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati meminta seluruh pihak untuk menghilangkan ego sentris dalam mengejar pengembangan dan penggunaan energi baru dan terbarukan. Khsusnya dalam upaya memperkuat ketahanan energi nasional.

Dukung Pemulihan, Pertamina Kerahkan Bantuan ke Posko Pengungsian Korban Erupsi Gunung Lewotobi

Salah satu caranya adalah dengan fokus mengimplementasikan grand strategi energi yang dikatakannya telah disetujui oleh Presiden Joko Widodo pada pekan lalu. Strategi itu harus menjadi target semua pihak.

"Agar semua bisa mencapai target new and renewable energy yang telah ditetapkan," kata dia dalam diskusi virtual, Senin, 26 April 2021.

Komisi XI DPR Desak Apple Tanggung Jawab Ketimpangan Pendapatan dan Investasi di Indonesia

Baca juga: Harga Rumah Naik Kuartal I-2021, Tipe Ini Kenaikannya Paling Tinggi

Di sisi lain, dia menerangkan, untuk melakukan transisi energi dari saat ini yang mayoritas menggunakan energi fosil dalam bauran energi tidak bisa serta merta langsung pindah menggunakan energi baru dan terbarukan.

BRI Hadirkan Kemudahan Investasi Sukuk Tabungan ST013 Melalui BRImo

Sebab, Nicke menilai, dengan investasi yang telah dilakukan berbagai perusahaan dalam komponen energinya, selama ini tidak serta merta diubah dalam bentuk komponen baru. Perlu adanya pengembangan dan penelitian dalam memanfaatkan investasi lama ini.

"Ini bisa diimplementasikan dari eksisting aset atau resources yang ada dulu karena kita tidak bisa tiba-tiba melompat ke renewable energi dengan meninggalkan apa yang hari ini masih mendominasi dalam bauran energi kita," tuturnya.

Karena itu, dia menekankan, kunci dari upaya dekarbonisasi dan menuju energi hijau adalah mengoptimalkan sumber daya yang telah ada selama ini dengan dipadukan terhadap kemajuan teknologi dan inovasi serta adanya kepastian regulasi.

"Mengoptimalkan resources yang ada hari ini adalah teknologi dan inovasi. Kalau itu dan regulasi belum ada kepastian hukum, maka kita tidak akan beranjak kemana-mana kita masih akan tergantung dari teknologi luar," tegas Nicke.

Dia mencontohkan, jika pihak-pihak tertentu terlalu terburu-buru dalam mengejar penggunaan energi baru dan terbarukan maka investasi yang telah ada selam ini seperti kilang akan terbengkalai sia-sia tanpa adanya inovasi.

"Dengan teknologi kita bisa melakukan dekarbonisasi dengan kilang yang ada. Ini dengan kerja sama tadi dengan sawit kilang yang ada bisa kita convert ke green refinery dan mengolah bio energi. Jadi kita duduk dulu jangan langsung lompat," ungkap dia.

Sebelumnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, realisasi investasi di subsektor energi baru terbarukan (EBT) 2020 hanya mencapai US$1,36 miliar. Investasi di bidang bioenergi hanya US$108 juta dari target US$420 juta.

Untuk 2021, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM telah mencanangkan perolehan target investasi yang tak jauh berbeda dengan 2020 lalu, yakni sebesar US$2,05 miliar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya