Jadi Penasihat APLI, Bamsoet Ingin Bisnis Direct Selling Gaet Fintech

Pertemuan Bamsoet dengan Pengurus APLI.
Sumber :
  • Dokumentasi APLI.

VIVA – Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) mengangkat Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menjadi penasihat. Asosiasi anggota dari World Federation Direct Selling Association (WFDSA) yang berkantor pusat di Washington DC, Amerika Serikat itu pun berkomitmen memaksimalkan potensi ekonomi yang dimiliki Indonesia.

Kembangkan Ekosistem Industri Fintech, AFPI Perluas Jaringan Global

Ketua Umum APLI Kany Soemantoro yang juga sebagai President Nu Skin Indonesia Brunai dan Filipina ini, mengapresiasi mengapresiasi Bamsoet menerima posisi tersebut. Diharapkan, segala masukan dan arahan nya dapat mendorong kinerja anggota APLI sehingga dapat berkontribusi memulihkan ekonomi nasional.

“Kami meminta beliau menjadi Penasehat APLI dengan alasan pola pikir beliau yang melihat kepentingan rakyat di atas segalanya. Serta kami melihat beliau memiliki intelegensia yang mampu menciptakan pemikiran strategis untuk industri kami,” ujar Kany Soemantoro dikutip dari keterangannya, Jumat 5 Maret 2021, saat beraudiensi ke kantor Bamsoet di MPR.

Usung Algoritma Credit Scoring, Inovasi Fintech Lending RI Tarik Perhatian Investor

Baca juga: Menakar Kekuatan Bisnis Dua BUMN Perikanan yang Merger Tahun Ini

Sementara itu, Wakil Ketua dan Dewan Komisioner APLI Djoko Komara menilai Bamsoet, sebagai sosok politisi itu yang selalu mendukung industri nasional. Khususnya sektor usaha yang dijalankan APLI.

Asosiasi Pinjol Nilai OJK Cabut Izin Usaha Investree Bisa Jaga Kepercayaan Investor

“Bahkan beliau menyarankan agar kami berkolaborasi dengan UMKM sehingga dapat membantu usaha lokal kerakyatan sehingga roda perekonomian tetap berputar walau di masa pandemi seperti ini,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Bamsoet kepada para pengurus APLI mengatakan, akan mendorong para pelaku industri direct selling/penjualan langsung, atau yang biasa akrab dikenal masyarakat dengan multi level marketing (MLM), bersinergi dengan financial technology (fintech) agar bisa memaksimalkan potensi ekonomi yang dimiliki.

Sebab ditegaskannya, dalam kondisi pandemi COVID-19, tak memungkinkan manusia berinteraksi secara langsung secara intensif. Karenanya, pelaku usaha MLM harus memanfaatkan teknologi informasi.

Bamsoet memaparkan, laporan tahunan dari 147 perusahaan direct selling pada 2019 mencatatkan, transaksi penjualan sebesar Rp14,7 triliun dengan melibatkan 5,3 juta mitra usaha. Pada 2020, jumlahnya diperkirakan meningkat mencapai Rp16,3 triliun. Bahkan EuroCham memperkirakan potensi ekonomi dari industri direct selling di tahun 2021 diperkirakan menembus Rp25 triliun.

"Hal itu menunjukkan betapa kuat dan besarnya industri direct selling sebagai tulang punggung perekonomian nasional,” ujar Bamsoet.

Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, kekuatan industri direct selling juga terlihat dari besarnya pendapatan anggota APLI yang bisa mencapai minimal Rp40 miliar dalam sebulan. 

Karena itu, berbagai tantangan seperti keberadaan UU Nomor 7 Tahun 2014, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70 Tahun 2019, dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2021, harus bisa disiasati para anggota APLI. Sehingga kinerja bisnis yang dilakukan tetap bisa berjalan maksimal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya