Pemilik Tabungan Bank di Atas Rp2 Miliar Naik 21,27 Persen Selama 2020

Ilustrasi aktivitas perbankan
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Bank Indonesia (BI) mencatat, tabungan orang kaya yang memiliki simpanan di bank sebesar Rp2 miliar terus mengalami kenaikan selama merebaknya Pandemi COVID-19 di Indonesia. 

Waspada! Inilah 7 Alasan Bank Bisa Dicabut Izinnya dan Apa Dampaknya Bagi Keamanan Simpanan Anda

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung mengungkapkan, grafik tabungan Rp2 miliar ke atas mengalami kenaikan menjadi 21,27 persen secara tahunan pada 2020.

Berbanding terbalik dengan tabungan hingga 5 juta yang malah turun ke posisi 6,87 persen, Rp5-100 juta turun 9,11 persen dan yang Rp100 juta-Rp2 miliar terbilang stagnan di posisi 12,27 persen.

Kisah Inspiratif Sri H Rahayu Raih Gelar Doktor dengan Predikat Terbaik

Baca juga: ORI109 Laku Rp26 Triliun, Investor Emak-emak Masuk 3 Besar Pemborong

"Yang di atas Rp2 miliar itu trennya meningkat jadi ini menunjukkan bahwa rumah tangga belum konsumsi sebagaimana kondisi normal," kata dia secara virtual, Senin, 22 Februari 2021.

IHSG Koreksi 0,37 Persen pada Sesi I, Saham ISAT dan ADRO Melesat

Juda menekankan, melambatnya konsumsi dari masyarakat menengah ke atas ini dan meningkatnya tabungan mereka lebih disebabkan dampak kebijakan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Porsi konsumsi mereka adalah 60 persen dari keseluruhan komponen penunjang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Konsumsi mereka tidka hanya untuk makanan seperti menengah ke bawah namun untuk jalan-jalan, otomotif hingga properti.

"Kalau rumah tangga menengah bawah kebanyakan konsumsi yang sifatnya food kalau rumah tangga menengah atas selain food ada juga yang sifatnya secondary, seperti leasure, pendidikan, vehicle termasuk entertain," ucapnya.

Juda menekanakn, kondisi ini yang juga menyebabkan suku bunga deposito di perbankan terus menurun hingga 181 basis poin (bps) ke level 4,27 persen. Sedangkan suku bunga kredit hanya turun 83 bps ke level 9,7 persen.

"Responsnya cepat kalau deposito, karena suku bunga rendah mereka rumah tangga yang terutama menangah atas mulai cari investasi yang return lebih tinggi," tegas Juda.

Di sisi lain, jumlah investor di pasar modal akibat adanya kondisi tersebut terus mengalami kenaikan. Tercatat, hingga akhir 2020 jumlah single investor identification naik 55,85 persen secara tahunan.

"Jadi mereka mencari penempatan dengan return yang lebih tinggi, ini kelihatan dari maraknya ritel rumah tangga yang mulai investasi di saham, kemduian di emas kalau ibu-ibu yang konservatif," papar dia.

Oleh sebab itu, dia menekan BI menerbitkan kebijakan relaksasi untuk menstimulus konsumsi rumah tangga ini dengan uang muka kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor menjadi paling sedikit nol persen untuk semua jenis kendaraaan bermotor baru berlaku mulai 1 Maret hingga akhir tahun.

Sejalan dengan hal tersebut, BI juga melonggarkan rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) kredit atau pembiayaan properti menjadi paling tinggi 100 persen alias DP 0 persen untuk semua jenis properti yakni rumah tapak, rumah susun, serta ruko atau rukan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya