Puluhan Hotel dan Restoran di Yogyakarta Dijual karena Merugi

Tugu Yogyakarta (Ilustrasi)
Sumber :
  • VIVA/Cahyo Edi (Yogyakarta)

VIVA – Puluhan hotel dan restoran di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merasakan dampak dari pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai. Sepinya wisatawan dan tingginya biaya operasional yang harus dikeluarkan membuat pemilik hotel dan restoran di DIY nekat menjual asetnya karena merugi.

Bangkit Usai Dihantam Pandemi, Pendapatan Bisnis KAI Kini Tembus Puluhan Triliun

Kondisi ini semakin diperparah dengan pemberlakuan Pengetatan secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM) di Jawa Bali sejak 11 Januari 2021 lalu. 

Ketua Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono menyebut ada puluhan hotel nonbintang dan beberapa hotel bintang yang gulung tikar, termasuk restoran.

Berlatar Keindahan Alam Tropis dan Budaya Bali, Tempat Ini Hadir di Jantung Kota Canggu

"PTKM jilid pertama pada 11-25 Januari 2021, sudah ada 30 hotel dan resto yang berhenti beroperasi. PTKM yang kedua ini tambah 20 jadi total 50 hotel dan restoran. Bukan bintang ya tapi nonbintang dan restoran kecil. Memang ada satu dua yang bintang," ujar Deddy, Kamis 4 Februari 2021.

Selama PTKM, kata dia, tingkat okupansi hotel dan restoran di DIY hanya sekitar 5 hingga 10 persen. Sementara beban operasional mengalami peningkatan anggaran karena hotel dan restoran harus menyiapkan sejumlah peralatan agar sesuai dengan protokol kesehatan COVID-19.

Kisah Rizky Ridho Jualan Ayam saat Liga Dihentikan Akibat Pandemi: Uang Sisa Rp400 Ribu

Deddy menyebut, ada 400 hotel dan restoran di DIY yang menjadi anggota PHRI. Saat ini kondisinya, ada yang tetap bertahan beroperasi dengan kondisi ‘pincang’, ada yang memutuskan untuk tutup sementara dan bahkan ada yang memilih untuk menjual hotel maupun restorannya.

"Beban operasionalnya tinggi karena memang protokol kesehatan itu harus dilaksanakan kalau mau buka. Biaya disinfektan harus kontinyu, (bayar listrik) PLN, gaji karyawan, BPJS, pajak. Kemudian lebih-lebih hotel yang ada pinjaman di bank," tutur Deddy.

Ia menambahkan, pemilik hotel yang tutup ini pun kemudian putus asa. Kondisi ini membuat pemilik hotel menjual hotelnya karena biaya operasional yang tinggi dan sepinya pariwisata di DIY.

"Buka di OLX ada memang beberapa anggota kami. Ada juga yang dijual lewat iklan baris. Ada yang hotel nonbintang hingga beberapa hotel bintang. Bukan laporan ke kami mau jual. Tapi mereka menyatakan sudah tidak kuat," ungkap Deddy.

Baca juga: Hindari Penggerebekan Polisi, Pemuda di Medan Lompat ke Sungai Deli

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya