Colliers Paparkan Dampak COVID-19 ke Sektor Ritel Indonesia

Pertumbuhan Industri Ritel Nasional.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Colliers International menyatakan bahwa pandemi COVID-19 telah menghantam sektor perekonomian di Tanah Air termasuk sektor ritel. Senior Associate Director Colliers International, Ferry Salanto mengatakan, kondisi itu dapat dilihat dari anjloknya tingkat okupansi pengunjung mal pada 2020.

Industri Properti Menggeliat, Lippo Karawaci Perluas Penawaran ke Pembeli Rumah Pertama

"Sehingga okupansi ritel turun cukup drastis di sepanjang tahun 2020, khususnya di daerah Jabodetabek sebagai salah satu yang tertinggi," kata Ferry, Rabu 6 Januari 2021.

Baca juga: Polisi: Serpihan Puing di Kalteng Pecahan Roket Milik China

Tantangan Bisnis Ritel di Indonesia Tahun 2025

Ia menjelaskan, di kawasan Central Business District (CBD) wilayah Jakarta saja, okupansi ritel pada 2020 anjlok menjadi 80,7 persen dari yang sebelumnya sebesar 83,5 persen pada 2019.

Selain itu, daerah lain yang menjadi salah satu wilayah dengan penurunan okupansi ritel yang cukup tinggi, yakni di wilayah Bogor yang penurunan tingkat okupansinya mencapai 20 persen.

PPN Naik Jadi 12 Persen, Ketua Aprindo Minta Sri Mulyani Tinjau Ulang

"Penurunan (okupansi ritel di Jakarta) ini angkanya tidak terlalu tinggi, tapi sales-nya sangat berpengaruh. Lalu, di Bogor penurunannya paling signifikan, yakni bisa mencapai 20 persen," ujarnya.

Ferry menjelaskan, anjloknya okupansi ritel di DKI Jakarta disebabkan adanya kebijakan terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh Pemprov DKI Jakarta. Hal itu, menurutnya, menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi minat masyarakat ibu kota untuk pergi ke mal.

"PSBB itu menurunkan minat orang atau menahan orang untuk tidak masuk mal," kata Ferry.

Karenanya, bisnis ritel termasuk pusat perbelanjaan yang tentunya sangat bergantung pada mobilitas dan keramaian masyarakat pengunjungnya, jelas-jelas sangat terpengaruh dengan adanya PSBB tersebut.

Meskipun, di satu sisi, Ferry mengakui bahwa hal tersebut sangat wajar, mengingat kebijakan PSBB yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta itu adalah demi menekan angka penyebaran COVID-19.

"Jadi saat mal itu butuh keramaian dan kerumunan, tapi di sisi lain kerumunan ini adalah hal yang harus dihindari selama pandemi COVID-19. Itulah yang memengaruhi kinerja dari para peritel ini," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya