Transaksi Ekonomi Digital RI 2020 Tertinggi di Asia Tenggara

Ilustrasi e-commerce.
Sumber :
  • BusinessLIVE

VIVA – Indonesia telah menjadi negara dengan nilai transaksi ekonomi digital tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2020. Hal itu ditegaskan oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kemenko Perekonomian, M. Rudy Salahuddin,

Sherpa G20 Indonesia Pimpin Perundingan Sebagai Perjalanan Akhir Presidensi G20 Brasil

Dia menyebut data itu berdasarkan dari hasil studi Google, Temasek, dan Bain & Company 2020, yang menyatakan bahwa nilai transaksi ekonomi digital Indonesia di tahun 2020 telah mencapai sebesar US$44 miliar.

"Bahkan pada tahun 2025 mendatang (nilai transaksi ekonomi digital Indonesia) diprediksi akan mampu mencapai angka US$124 miliar," kata Rudy dalam telekonferensi, Selasa 15 Desember 2020.

Menko Airlangga Teken Kerja Sama Blue Economy Indonesia-RRT

Baca juga: Para Peneliti Vaksin COVID-19 Jadi Sasaran Serangan Siber

Rudy menjelaskan, capaian itu didukung oleh kontribusi dari sektor e-commerce Indonesia, yang total nilai transaksinya bisa menembus hingga kisaran US$32 miliar di tahun 2020 ini.

Hasil Rapat Jajaran Menteri Ekonomi Prabowo di Hari Minggu, Simak!

Masih berdasarkan data hasil studi yang sama, diperkirakan bahwa total nilai transaksi Indonesia di sektor e-commerce itu akan dapat mencapai angka US$83 miliar di tahun 2025 mendatang.

Karenanya, guna terus mendukung capaian positif itu, Rudy pun menekankan perlunya meningkatkan inovasi-inovasi dalam mendorong transaksi ekonomi digital di Tanah Air.

Dia menyebut, peran pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam hal ini juga sangat diperlukan. Khususnya dalam membuat inovasi yang mengarahkan masyarakat untuk menggunakan transaksi digital dalam kegiatan ekonominya.

"Seperti misalnya di Kemenko Perekonomian, kami telah melakukan inovasi-inovasi serupa yakni dalam hal penyaluran bansos melalui kartu prakerja," ujar Rudy.

Format kartu prakerja itu diakui Rudy sebagai aplikasi pertama milik pemerintah, yang bersifat end-to-end dalam penggunaan keuangan digital. Sebab, pola penyaluran sejak proses pendaftaran hingga saat masyarakat/peserta menerima bansos prakerja itu, dilakukan secara digital dan sama sekali tanpa melibatkan pertemuan fisik.

"Inovasi-inovasi seperti inilah yang harus kita dorong dan kita lakukan selama pandemi COVID-19 ini. Bahkan nanti ke depan bisa kita jadikan sebagai role model, apabila kita mau mendorong aplikasi-aplikasi semacam ini ke berbagai tempat," ujarnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya