Chatib Basri Tegaskan yang Penting saat Ini Selamatkan Ekonomi

Muhammad Chatib Basri.
Sumber :
  • Chandra Gian Asmara/VIVA.co.id

VIVA – Mantan menteri keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada periode 2013-2014, Muhammad Chatib Basri menilai ekonomi dunia saat ini tengah sekarat akibat dampak Pandemi COVID-19.

Konsumsi Rumah Tangga Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III-2024

Ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 dikatakannya telah sampai pada titik terendahnya, minus 5,32 persen. Lalu membaik sedikit kuartal III-2020 di posisi minus 3,49 persen.

Menurut Chatib, selama COVID-19 terus menyebar luas di dunia dan tidak bisa ditangani oleh pemerintah di Indonesia, maka ekonomi Indonesia tidak bisa tumbuh cepat.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Baca juga: Joe Biden Presiden Terpilih AS, Dolar Diklaim Bisa di Bawah Rp14 Ribu

"Improve sedikit mungkin kuartal III, IV, terus dia naik tapi belum kembali ke normal selama pandeminya masih jadi problem," ujar Chatib dalam webinar "Peluang Mendorong Investasi Saat Pandemi” Bicara Data Virtual, Senin, 9 November 2020.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Di tengah kondisi seperti ini, pemerintah tidak perlu banyak bicara mengenai upaya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sebab, pasti akan terhadang COVID-19.

"Saya melihat periode itu periode survival asal selamet saja. Saya enggak bicara mengenai growth yang harus tinggi yang penting itu ekonominya jangan terpuruk lah," tegas dia.

Komisaris Utama PT Bank Mandiri tersebut menekankan setelah Pandemi COVID-19 mampu ditangani pemerintah, aktivitas ekonomi baru bisa masuk periode normal.

"Setelah pandeminya bisa diatasi aktivitas mulai mengarah normal baru saya bicara tahap recovery. Itu hanya bisa dilakukan kalau pandeminya bisa di-address," tuturnya.

Tanpa itu, skala ekonomi industri akan terus-terusan tertekan. Sebab, protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran wabah itu adalah jaga jarak dan tidak berinteraksi langsung.

"Kalau perhitungan vaksin membutuhkan waktu di 2021 saya tidak terlalu yakin investasi swasta naik tajam 2021, karena protokol (kesehatan) nya masih inplace (jalan di tempat)," ucap dia.

Dia menduga, dengan adanya vaksin pun nanti, ekonomi baru bisa mengarah pada kondisi normal pada 2022. Periode itu diperkirakannya ekspansi bisnis baru bisa terjadi.

"Karena itu proses recovery mungkin itu periode setelah kondisi ekonomi mulai normal. Dugaan saya kalau bikin hitungan sederhana dari vaksin segala macam, ekonomi kita normal 2022," ungkap Chatib. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya