Stafsus Jokowi Klaim Ekonomi Indonesia Membaik Meski Resesi

Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi, Arif Budimanta.
Sumber :

VIVA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 terkontraksi hingga minus 3,49 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Dengan catatan tersebut, maka ekonomi Indonesia resmi resesi secara teknikal, karena dua kuartal berturut-turut secara tahunan telah minus.

Hasto jadi Tersangka KPK, Jokowi: Hormati Seluruh Proses Hukum yang Ada

Meski begitu, Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi, Arif Budimanta, menyebut ekonomi Indonesia sebetulnya telah mengalami banyak perbaikan dan kemajuan dibandingkan dengan kuartal II ketika awal pandemi terjadi di Indonesia.

"Faktor belanja pemerintah, menopang pelemahan di sektor konsumsi maupun investasi," ujar Arif melalui keterangan tertulisnya, Rabu, 5 Oktober 2020.

Tuduhan Cawe-cawe di Tahun Terakhir Jokowi Jadi Presiden

Baca juga: Tanggapan Menaker Ida soal 5 Gubernur Tetap Naikkan UMP 2021

Menurutnya, arahan Presiden Jokowi yang terus menerus terhadap para menteri untuk mengefektifkan anggaran terbukti mampu memulihkan perekonomian. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 memang tercatat tumbuh lebih baik ketimbang kuartal II sebelumnya.

Plus dan Minus Bila Jokowi Bikin Partai Baru

"BPS mencatat, secara Q to Q, pertumbuhan ekonomi RI mencapai 5,05 persen. Kendati secara tahunan, pertumbuhan itu masih berada di level negatif -3,49 persen," katanya. 

Dia melanjutkan, kebijakan pemerintah melalui program penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), terbukti efektif dalam membalikan pelemahan ekonomi yang sempat dialami Indonesia sejak awal pandemi, Maret 2020.

"Belanja pemerintah pada kuartal III 2020 tumbuh 9,76 persen dan memberi kontribusi senilai 9,69 persen terhadap output perekonomian," kata dia.

Sementara itu, sektor konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2020 tercatat secara tahunan tumbuh -4,04 persen. Sementara sektor investasi juga berada di zona negatif, sebesar -6,48 persen. Dari sektor perdagangan internasional, ekspor mengalami pertumbuhan -10,82 persen dengan laju penurunan impor yang lebih besar yakni -21,86 persen.

Pemerintah, lanjut Arif, hingga kuartal III 2020 telah membelanjakan APBN senilai Rp1.840,9 triliun atau 67,2 persen dari total belanja negara. Angka ini naik 15,4 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 lalu. Khusus untuk program Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, belanja yang sudah tersalurkan hinggal 23 September lalu mencapai Rp268,3 triliun atau 38,6 persen dari total pagu anggaran.

Realisasi ini disebutnya terus berkembang dan dipercepat sehingga per tanggal 2 November lalu sudah terealisasi Rp366,86 triliun atau sekitar 52,8 persen dari total pagu Rp695,2 triliun.

"Pada kuartal keempat, sisa anggaran akan terus disalurkan untuk menstimulasi perekonomian. Kita optimis, pemulihan ekonomi akan berada di trek yang tepat, Apalagi, sektor-sektor tertentu kini telah mulai bergerak. Dan itu dapat  tecermin dari indeks keyakinan konsumen dan indeks manufaktur yang kian membaik," katanya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya