Chatib Basri: Kartu Prakerja Bisa Jadi Indikator Orang Sudah Putus Asa
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA – Program Kartu Prakerja telah banyak menuai kritik. Khususnya karena program-program daring atau online-nya dianggap serupa atau tidak lebih baik dari pelatihan gratis di Youtube.
Akan tetapi, ekonom yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama PT Bank Mandiri, Chatib Basri, melihat sisi positif dari program tersebut. Salah satunya menjadi indikator ekonomi sosial masyarakat.
"Kartu prakerja dikritik habis-habisan karena online programnya enggak berguna macem-macem, saya ngerti. Tapi sebetulnya ini bisa digunakan sebagai indikator," kata dia dalam webinar, Selasa, 13 Oktober 2020.
Baca juga: Viral di Medsos, Presiden Soekarno Disebut Masih Hidup
Chatib mengatakan, salah satu bentuk indikator yang muncul dari program itu adalah betapa butuhnya peserta kartu prakerja terhadap uang. Sebab, meskipun programnya dianggap tidak berguna tapi tetap diikuti.
"Contoh kalau orang pakai kartu prakerja, online training enggak ada gunanya, dia berhenti loh. Tapi kalau dia tetap ikut program yang enggak ada gunanya itu artinya dia mau uang," tegas Chatib.
Maka, menteri keuangan periode 2013-2014 itu menekankan bahwa program itu menjadi salah satu indikator untuk melihat mana saja masyarakat yang tengah putus asa untuk mendapatkan pendapatan.
"Kalau dia mau uang walaupun program mungkin dikritik enggak ada gunanya artinya dia desperate (putus asa). Dengan itu kita tahu siapa sebetulnya, siapa yang perlu uang," tegasnya.
Sebagai informasi Program Kartu Prakerja memberikan insentif secara total kepada pesertanya sebesar Rp3,55 juta. Terdiri dari Rp1 juta untuk biaya pelatihan dan Rp600 ribu per orang per bulan.
Rp600 ribu itu untuk insentif pasca pelatihan, yang akan diberikan selama empat bulan atau totalnya mencapai Rp 2,4 juta. Sedangkan sisanya sebesar Rp 150.000 merupakan insentif tiga kali survei. (ren)