4 Cara Kementan Genjot Produksi Pangan saat Pandemi COVID-19
VIVA – Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menegaskan dalam kondisi menghadapi pandemi COVID-19 sektor ketahanan pangan tidak hanya bersandar pada program utama dari pertanian yang ada.
Dia menyebut, ada empat Cara Bertindak (CB) yang merupakan program dampingan, untuk terus memacu peningkatan produksi pangan guna mencegah kelangkaan dan dampak lainnya akibat COVID-19.
"Pertama, yakni peningkatan kapasitas produksi dan pengembangan lahan rawa di Kalimantan Tengah, dengan luas kurang lebih 30 ribu hektare," kata Syahrul dalam telekonferensi, Rabu 30 September 2020.
Baca juga:Â Mentan Jamin Stok 12 Bahan Pangan Ini Aman hingga Akhir 2020
Hal itu diiringi dengan upaya perluasan areal tanam baru untuk padi, jagung, bawang merah, dan cabai, di daerah defisit, serta peningkatan produksi gula, daging sapi, dan bawang putih untuk mengurangi impor.
Kemudian program kedua, lanjut Syahrul, adalah upaya pengembangan diversifikasi pangan lokal berbasis kearifan lokal, yang fokus pada satu komoditas utama. Bentuknya adalah pemanfaatan pangan lokal secara masif seperti ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, dan sorgum.
"Kemudian ada juga pemanfaatan lahan pekarangan dan marjinal, melalui program Pekarangan Pangan Lestari atau P2L," ujarnya.
Ketiga, Syahrul menjelaskan bahwa diperlukan juga langkah penguatan cadangan dan sistem logistik pangan. Caranya yakni melalui penguatan Cadangan Beras Pemerintah Provinsi (CBPP), penguatan Cadangan Beras Pemerintah Kabupaten/Kota (CBPK), kemudian akselerasi penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD).
Hal itu ditekankan Syahrul harus diiringi dengan upaya pengembangan LPM dan LPM berbasis desa atau LPMDes, kerjasama LPM dan kostraling di setiap lumbung pangan Kecamatan, dan penguatan sistem logistik pangan nasional untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan.
Kemudian yang keempat, adalah pengembangan pertanian modern. Caranya yakni melalui pengembangan smart farming, pengembangan dan pemanfaatan screen house untuk meningkatkan produksi komoditas holtikultura di luar musim tanam, seperti misalnya cabai, bawang, dan komoditas bernilai ekonomi tinggi lainnya.
"Kemudian pengembangan food estate untuk peningkatan produksi pangan utama seperti beras dan jagung di Kalimantan Tengah, serta pengembangan korporasi petani," ujarnya. (ren)