Rupiah Melemah di Tengah Ramalan Resesi Ekonomi

Uang kertas Rupiah dan Dolar AS
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan cukup dalam pada perdagangan hari ini, Kamis, 24 September 2020. Rupiah bergerak di kisaran Rp14.900 per dolar AS.

Rupiah Dibuka Melemah Meski Keyakinan Konsumen Naik di November 2024

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mematok nilai tengah rupiah hari ini di level Rp14.949 per dolar AS. Melemah cukup dalam dari nilai tengah kemarin di posisi Rp14.835 per dolar AS.

Di pasar spot, hingga pukul 11.00 WIB, rupiah telah ditransaksikan di level Rp14.900 per dolar AS, melemah 0,57 persen dari level penutupan perdagangan kemarin di posisi Rp14.815 per dolar AS.

Rupiah Melemah ke Rp 15.968 per Dolar AS Tertekan Data Pekerjaan AS

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim, mengatakan, penguatan yang dialami dolar tersebut dipicu oleh pernyataan hawkish Kepala Federal Reserve Chicago, Charles Evans.

Evans dikatakannya menganggap bahwa pelonggaran kuantitatif lebih lanjut mungkin tidak memberikan dorongan tambahan untuk ekonomi AS. Selain itu, terkait arah kebijakan suku bunga acuan Fed Fund Rate.

Rupiah Ambruk ke Level Rp 15.942 per Dolar AS

"Dia juga mengisyaratkan bahwa mungkin saja Fed menaikkan suku bunga sebelum inflasi mulai mencapai rata-rata 2 persen," kata Ibrahim dikutip dari analisisnya hari ini.

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 24 September 2020: Global dan Antam Turun

Di samping itu, Ibrahim menilai munculnya kasus COVID-19 di Eropa seperti Prancis, Spanyol, dan Inggris serta AS juga telah mendorong investor banyak membeli greenback atau dolar AS.

Adapun dari dalam negeri, kondisi pelemahan nilai tukar rupiah dikatakannya dipicu oleh pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yang merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin lemah.

Pada kuartal III-2020, dia memperkirakan Indonesia pasti resesi dengan pertumbuhan di kisaran -2,9 persen hingga -1 persen. Sementara itu, keseluruhan tahun menjadi -1,7 persen hingga 0,6 persen.

"Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ramalan yang mengerikan terjadi di kuartal III-2020," tutur Ibrahim. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya