Indonesia Resesi, Dahlan Iskan: Pemerintah Sebaiknya Cerita Apa Adanya

Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, telah memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia kembali terkontraksi pada kuartal III 2020 di kisaran -2,9 persen hingga -1 persen. Karena itu, banyak yang menyimpulkan Indonesia sudah resesi, karena tinggal menunggu pengumuman resmi Badan Pusat Statistik (BPS).

Hari Keempat Lapor Mas Wapres Catat 296 Aduan, Paling Banyak soal Ini

Namun, statement resesi itu dicoba untuk diluruskan oleh Sekretaris Komite I Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Raden Pardede.

Raden menilai, proyeksi ekonomi Indonesia yang negatif pada kuartal III-2020 tidak bisa dijadikan acuan sebagai pembenaran mengenai resesi. Dia meyakini, gerak ekonomi pada kuartal III lebih baik dari kuartal sebelumnya.

Istana Tegaskan Program Lapor Mas Wapres Punya Pemerintah, Bukan Gibran

Berbicara resesi, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, menyebut bahwa pemerintah perlu memberikan harapan dan kenyataan apa adanya kepada masyarakat. Apalagi ketika pemerintah resmi menyatakan Indonesia sudah berada dalam resesi ekonomi

"Yang terbaik adalah menceritakan keadaan apa adanya. Jangan membuat orang takut tapi juga jangan membuat PHP baru," ujar Dahlan dikutip dari Disway.id, Kamis 24 September 2020.

Presiden Putin dan Pangeran MBS 'Teleponan', Ini yang Dibahas

Menurut Dahlan, semua orang sudah tahu bahwa hanya sektor pemerintah yang masih bisa tumbuh. Sektor apa pun terus turun termasuk konsumsi yang jadi andalan terakhir. 

"Maka baiknya mulai ada gambaran masih berapa lama sektor pemerintah ini bisa tumbuh. Bukankah pajak akan turun drastis?," kata dia. 

Begitu pula dengan sumber pendapatan dari utang. Semua negara kini mencari pinjaman, sehingga sumber pinjaman pun kian terbatas. 

Dahlan melanjutkan, masyarakat sebetulnya masih banyak yang punya uang berlebih. Tapi, mereka takut investasi, ekspansi, bahkan takut keluar rumah.  

Pikiran mereka konsentrasi kepada keselamatan masing-masing. "Ini soal giliran saja kapan saya terkena virus," ujar Dahlan menirukan ucapan pengusaha. 

Bank besar pun, sambung Dahlan, masih punya likuiditas banyak. Tapi, mereka juga takut menyalurkannya ke nasabah, takut macet. Apalagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kata Dahlan, sudah resmi mengumumkan nilai pinjaman yang disetujui untuk restrukturisasi mencapai Rp860 triliun lebih. 

Maka satu-satunya harapan, lanjut dia, adalah vaksinasi COVID-19. Informasi mengenai vaksin ini dinilai sangat perlu dibuka selebar-lebarnya ke masyarakat secara apa adanya. 

"Agar masyarakat yang sudah terlanjur berharap banyak, bisa hidup dengan harapan itu," tuturnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya