Sektor Bisnis yang Dongkrak Laba Astra pada Semester I-2020
- Astra International
VIVA – PT Astra International Tbk melaporkan kinerja keuangan selama enam bulan pertama 2020. Meski terdampak pandemi COVID-19, Astra masih bisa mencatatkan laba bersih karena aksi korporasi yaitu menjual sahamnya di PT Bank Permata Tbk.
Head of Corporate Investor Relations Astra International, Tira Ardianti, menjelaskan, pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada semester I-2020 sebesar Rp89,8 triliun, atau menurun 23 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Laba bersih Grup Astra sebesar Rp11,4 triliun, meningkat 16 persen dibandingkan dengan semester pertama tahun 2019. Hal itu termasuk keuntungan dari penjualan saham di Bank Permata," kata Tira dalam telekonferensi, Selasa 25 Agustus 2020.
Baca juga: Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi 2020 Paling Rendah Minus 1,1 PersenÂ
Jika keuntungan penjualan saham di Bank Permata ini tak dihitung, maka laba bersih Grup menurun 44 persen, yaitu menjadi Rp5,5 triliun. Hal ini disebabkan penurunan kinerja karena COVID-19.
"Terutama karena penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat, dan pertambangan, serta jasa keuangan, yang disebabkan oleh dampak pandemi COVID-19 dan langkah-langkah penanggulangannya," ujarnya.
Nilai aset bersih per saham Astra pada 30 Juni 2020 tercatat sebesar Rp3.773, atau meningkat 3 persen dari nilai aset bersih per saham pada 31 Desember 2019.
Sementara itu, untuk kas bersih, yang tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan grup, mencapai Rp1,4 triliun pada 30 Juni 2020 dibandingkan utang bersih sebesar Rp22,2 triliun pada akhir 2019.
"Hal tersebut setelah diterimanya hasil dari penjualan saham di Bank Permata pada bulan Mei," ujar Tira.
Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup Astra tercatat meningkat dari Rp45,8 triliun pada akhir 2019, menjadi Rp46,4 triliun pada 30 Juni 2020.
Pada setiap bisnis Grup Astra, lanjut Tira, tingkat utang dan posisi likuiditas dipantau dengan cermat. Langkah-langkah untuk mengurangi risiko operasional dan keuangan pun terus dilakukan.
"Berbagai tindakan juga diambil untuk mengelola biaya dan menjaga tingkat kas, termasuk mengurangi belanja modal dan mengelola modal kerja," ujarnya. (art)