Konsumsi Rumah Tangga Turun Drastis Sebabkan Ekonomi RI Negatif

Kepala BPS Suhariyanto.
Sumber :
  • M Yudha Prastya/VIVAnews.

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 negatif hingga 5,32 persen secara tahunan. Penyebabnya, turun drastisnya konsumsi rumah tangga hingga investasi.

BPS Ungkap Penyebab Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh Melambat di Kuartal III-2024

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, konsumsi rumah tangga mengalami penurunan hingga  –5,51 persen. Jauh lebih rendah dari pertumbuhan kuartal II-2019 yang tumbuh 5,18 persen. 

Padahal porsinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 57,85 persen. Tertinggi jika dibandingkan sumber pertumbuhan ekonomi lainnya dari struktur menurut pengeluaran.

Konsumsi Rumah Tangga Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III-2024

"Kalau dilihat per komponennya, semua komponen kontraksi cukup dalam, bisa dilihat di sana konsumsi rumah tangga tumbuh negatif," kata Suhariyanto saat konferensi pers, Rabu 5 Agustus 2020.

Baca juga: Jokowi Contohkan Pelaksanaan Pemilu di Singapura hingga Korea Selatan

Sederet Penyebab Melambatnya Konsumsi Rumah Tangga Kuartal II-2024 ke 4,93 Persen

Sementara itu, investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) turun hingga -8,61 persen, sedangkan pada Kuartal II-2019 mampu tumbuh 4,55 persen. Porsinya terhadap ekonomi 30,61 persen.

Adapun yang berasal dari ekspor mengalami kejatuhan hingga -11,66 persen. Melanjutkan penurunan dari kuartal II-2019 yang anjlok -1,73 persen. Porsinya terhadap ekonomi 15,69 persen.

Untuk konsumsi pemerintah anjloknya hingga -6,90 persen, turun curam dari pertumbuhan pada kuartal II-2019 8,23 persen. Adapun porsinya terhadap pertumbuhan ekonomi hanya 8,67 persen.

Pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami kejatuhan yang lebih curam lagi, sebelumnya mampu tumbuh 15,29 persen namun pada Kuartal II-2020 ini -7,76 persen meskipun porsinya hanya 1,36 persen.

"LNPRT juga ini karena ada pemilu serentak tahun lalu sehingga tinggi. Sedangkan tahun ini pemilu atau pilkadanya digeser ke akhir tahun sehingga LNPRT minusnya tinggi," tegas dia.

Terakhir, yang berasal dari impor turun tajam hingga -116,96 persen pada kuartal II-2020. Melanjutkan kontraksi pada kuartal II-2019 yang juga telah negatif sebesar -6,84 persen. Sumbangannya ke ekonomi 15,52 persen. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya