Hadapi Corona, Menkeu Sri: Ini Tugas yang Luar Biasa Berat

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro

VIVA – Pandemi virus Corona atau COVID-19 telah meluluhlantahkan perekonomian dunia. Bahkan ekonomi negara-negara maju harus mengalami resesi, akibat perekonomiannya negatif dua kuartal berturut-turut.

Sri Mulyani Buka Suara soal Sering Bungkam saat Jabat Menkeu Era Prabowo

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, menghadapi dampak negatif pandemi tersebut bukan perkara yang mudah. Apalagi sejak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) lahir, menurut Sri, belum pernah menghadapi situasi ini.

"Ini tugas yang luar biasa berat. Selama Kementerian Keuangan lahir dan berfungsi kita belum pernah menghadapi situasi ini," kata Sri secara virtual, Senin, 3 Agustus 2020.

Amanah UU, Kemenkeu Pastikan Kenaikan PPN 12 Persen Tetap Berlaku 2025

Karena itu, dia menekankan, Kementerian Keuangan akan menggunakan seluruh instrumen yang dimiliki dan dimandatkan oleh undang-undang, untuk menjaga agar stabilitas ekonomi Indonesia kuat bertahan.

"Kita akan terus gunakan seluruh instrumen kebijakan, pemikiran dan mandat undang-undang ke Kemenkeu. Untuk betul-betul peduli dalam mengatasi kondisi dan tantangan akibat COVID-19," ujarnya.

Bahas Aturan Kemasan Rokok Tanpa Merek, Kemenkes Janji Rangkul Seluruh Stakeholder

Baca juga: 9 Negara yang Ekonominya Dihantam Krisis Digerogoti Corona

Untuk diketahui, Amerika Serikat resmi resesi setelah ekonominya negatif 32,9 persen pada kuartal II. Kontraksi itu jauh lebih buruk dari kuartal I yang minus 5 persen.

Adapun Jerman, pada Kuartal-II 2020 ekonominya minus 11,7 persen secara tahunan. Sebelumnya, pada Kuartal-I 2020, ekonomi Jerman minus 2,3 persen.

Sementara itu, Hong Kong mengalami kontraksi negatif sebesar 9 persen pada Kuartal-II 2020. Catatan itu terbilang lebih baik dibanding kuartal-I 2020 yang minus 9,1 persen.

Singapura pada Kuartal II-2020 ekonominya tumbuh negatif 41,2 persen dan pada Kuartal I-2020 negatif 3,3 persen. Pun, Korea Selatan negatif 3,3 persen dari sebelumnya negatif 1,3 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya