9 Negara yang Ekonominya Dihantam Krisis Digerogoti Corona
- U-Report
VIVA – Sudah belasan juta orang terinfeksi Virus Corona atau COVID-19 hingga hari ini, dengan jumlah kematian mencapai ratusan ribu jiwa. Tidak hanya manusia, virus yang berasal dari China itu pun menggerogoti perekonomian global semakin dalam.
Lebih dari 500 ekonom di seluruh dunia menyebutkan prospek ekonomi global telah tumbuh pesismistis. Jumlah infeksi yang terus meningkat dan risiko lockdown di beberapa negara, menyebabkan potensi rebound ekonomi lebih berisiko saat ini.
"Kami memperkirakan realitas ekonomi dari virus ini akan segera terjadi di berbagai kegiatan bisnis di seluruh dunia," kata Kepala Riset Pasar Keuangan Global di Rabobank Jan Lambregts dikutip VIVA Bisnis dari situs resmi World Economic Forum Minggu 2 Agustus 2020.
Dia pun menegaskan, tak hanya manusia yang terinfeksi saja yang membutuhkan vaksin saat ini, tapi juga perekonomian global. Sehingga ekonomi bisa semakin bergeliat di masa depan.
"Apa yang kita butuhkan adalah vaksin atau terobosan besar dalam obat-obatan, untuk secara tegas membuka kembali perekonomian kita dan memulihkan kepercayaan bisnis dan konsumen, tapi tidak ada 'tongkat ajaib' untuk saat ini," tambahnya.
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan penurunan ekonomi dunia hingga 5 persen pada tahun 2020. Artinya risiko resesi global kali in bahkan lebih dalam daripada krisis keuangan pada periode 2008-2009.
Baca juga: AS, Singapura, hingga Jerman Resesi, Bagaimana Ekonomi Indonesia
Simulasi berbasis model yang dilakukan International Food Policy Research Institute (IFPPI) menunjukkan, resesi yang begitu dalam akan mendorong lebih dari 150 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem. sebagian besar peningkatan kemiskinan akan terkonsentrasi di wilayah Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan.
Berbagai negara pun sedang berjuang untuk bangkit dari resesi ekonomi yang dialami saat ini. Dihimpun VIVA dari berbagai sumber, berikut ini negara-negara berpengaruh di dunia yang ekonominya dihantam COIVD-19.
1. Korea Selatan
Korea Selatan jatuh ke dalam resesi ekonomi pada kuartal kedua tahun ini, menjadi penurunan terburuk dalam kurun waktu lebih dari dua dekade. Resesi terjadi setelah pandemi COVID-19 mempengaruhi ekspor dan output pabrik.
Negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia itu menyusut 3,3 persen pada kuartal juni dari tiga bulan sebelumnya. Menurut Bank of Korea ini adalah kontraksi paling tajam sejak kuartal pertama 1998 dan lebih curam daripada kontraksi 2,3 persen dalam jejak sebelumnya.
2. Arab Saudi
Arab Saudi merupakan salah satu negara yang tengah mengalami goncangan ekonomi, sebagai dampak dari anjloknya harga minyak dunia hingga pandemi COVID-19. Saudi kini mempertimbangkan untuk menjual aset negara, dan untuk pertama kalinya, akan menetapkan pemberlakuan pajak penghasilan.
Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al-Jadaan mengatakan, jika rencana memprivatisasi asetnya di sektor pendidikan, kesehatan dan air dilanjutkan, maka negara dapat menghimpun hingga US$13,3 miliar selama empat hingga lima tahun ke depan.
3. Australia
Negara Kangguru itu tercatat mengalami resesi ekonomi untuk pertama kalinya selama 29 tahun, setelah perekonomian negara itu mundur hingga 0.3 persen pada kuartal Maret. Resesi ini disebabkan karena kebakaran hutan dan COVID-19 yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi.
Kementerian Keuangan Australia, Josh Frydenberg, mengatakan resesi ini tidak terhindarkan setelah Biro Statistik Australia merilis data produk domestik bruto yang turun 0.3 persen pada kuartal tersebut. Perekonomian hanya tumbuh 1.4 persen selama 12 bulan terakhir, dan merupakan kinerja terlemah sejak krisis keuangan global.
Baca juga: Jangan Cemaskan Resesi, tapi Takutlah Jika Terjadi Depresi Ekonomi
4. Jepang
Jepang mengalami resesi ekonomi untuk pertama kalinya sejak tahun 2015, seiring dengan kerugian akibat pandemi Virus Corona yang terus meningkat. Negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu menyusut pada laju tahunan 3.4 persen, dalam tiga bulan pertama tahun 2020.
Penurunan sebesar 3.4 persen dalam pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) untuk tiga bulan pertama 2020, menyusul penurunan sebesar 6.4 persen selama kuartal terakhir 2019 sehingga mendorong Jepang ke dalam resesi teknis.
Konsumen di Jepang telah terkena dampak ganda dari COVID-19 dan kenaikan pajak penjualan menjadi 10 persen, dari 8 persen pada Oktober 2019. Meski Jepang telah mencabut status keadaan darurat di 39 dari 47 prefektur, prospek ekonomi untuk kuartal ini sama suramnya.
5. Singapura
Ekonomi Singapura terjerumus ke dalam resesi kuartal terakhir karena penutupan yang lama menutup bisnis dan menurunkan belanja ritel.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengungkapkan Produk Domestik Bruto (PDB) turun 41,2 persen secara tahunan dari tiga bulan sebelumnya. Kontraksi triwulanan terbesar yang tercatat dan lebih buruk dari median survei Bloomberg dari penurunan 35,9 persen.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, PDB turun 12,6 persen pada kuartal kedua, versus median survei -10,5 persen.
6. Jerman
Ekonomi Jerman menyusut hingga 2.2 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini karena pandemi COVID-19. Ini merupakan penurunan kuartalan terbesar sejak 2009, ketika negara itu dilanda krisis keuangan global.
7. Prancis
Ekonomi Prancis sedang mengalami kontraksi hingga 20 persen pada kuartal kedua dari tiga bulan sebelumnya karena negara itu menerapkan penguncian nasional. Ini menandai penurunan tajam dalam resesi Prancis, sstelah negara dengan ekonomi terbesar kedua di Eropa itu berkontrasi 5.8 persen pada kuartal pertama.
Diperkirakan bahwa aktivitas ekonomi Prancis berjalan pada angka 21 persen di bawah level normal setelah penutupan pada pertengahan Maret akhirnya dicabut pada 11 Mei lalu. Pengeluaran konsumen hanya 6 persen di bawah tingkat normal karena sebagian besar toko ditutup beberapa bulan.
8. Hong Kong
Walau sebenarnya bukan termasuk negara – karena merupakan bagian dari Republik Rakyat China – Hong Kong selama ini dikenal sebagai entitas ekonomi independen yang menjadi salah satu raksasa perdagangan dunia. Namun, ekonomi Hong Kong mengalami kontraksi untuk kuartal keempat berturut-turut karena pandemi Corona dan ketegangan politik memperpanjang resesi pertama kota itu dalam satu dekade.
Ekonomi wilayah tersebut mengalami kontraksi 9 persen pada kuartal kedua dari tahun sebelumnya, menurut pembacaan sebelumnya dari Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong.
Itu lebih buruk dari perkiraan median minus 8,3 persen dan mengikuti penurunan 9,1 persen direvisi pada kuartal pertama yang merupakan penanggalan terburuk untuk data 1974.
9. Amerika Serikat
Ekonomi AS mengalami kontraksi pada tingkat tahunan sebesar 32,9 persen dari April hingga Juni sehingga menjadi penurunan terburuk dalam catatan.
Bisnis terhenti selama penguncian pandemi pada musim semi tahun ini, dan Amerika terjerumus ke dalam resesi pertamanya dalam 11 tahun, mengakhiri ekspansi ekonomi terpanjang dalam sejarah AS dan memusnahkan lima tahun dari keuntungan ekonomi hanya dalam beberapa bulan. (ren)