5 Bulan Pandemi Corona, Pariwisata Dunia Kehilangan 300 Juta Turis

Wisata di Pulau Nusa Penida, Bali.
Sumber :
  • Istimewa.

VIVA – Organisasi Pariwisata Dunia yang dinaungi Perserikatan Bangsa Bangsa (UNWTO) mengumumkan, pandemi virus Corona yang melanda dunia dari Januari hingga Mei 2020, menghantam industri ini hingga US$320 miliar atau sekitar Rp4.644 triliun (kurs Rp14.513 per dolar AS).

38 Turis Vietnam Hilang Misterius di Pulau Jeju Korsel

Pada periode tersebut, wisatawan di dunia berkurang 300 juta orang. Jumlah itu turun lebih dari tiga kali lipat dibanding krisis ekonomi global yang terjadi pada 2009.

"Penurunan dramatis dalam pariwisata internasional menempatkan jutaan mata pencaharian berisiko, termasuk di negara-negara berkembang,” kata Sekretaris Jenderal Organisasi Pariwisata Dunia, Zurab Pololikashvili dikutip VIVA Bisnis dari Forbes, Rabu 29 Juli 2020. 

Cerita Sriwani Sayuti Bisa Balik Indonesia, Sempat Ditahan di Thailand Dituduh Bawa 128 WNI Wisata Ilegal

Laporan UNWTO tersebut pun menyebutkan, Amerika Serikat dan Kanada menjadi dua negara yang wisatawannya banyak 'tumbang' selama pandemi Corona. Hal itu karena para pelancong AS masih dilarang berwisata ke banyak negara. 

Meski demikian, saat ini tanda-tanda membaiknya industri pariwisata pun sudah terlihat. Harapan itu didukung negara-negara Eropa yang sudah mulai membuka diri untuk wisatawan asing. 

Terpopuler: Calon-calon Menteri Prabowo Dikumpulkan di Hambalang, Turis Asing Nyambi Misionaris

Baca juga: Uang Negara Disuntik ke Bank agar Bunga Rendah Jadi Tren

"Data terbaru ini menjelaskan pentingnya memulai kembali pariwisata segera," tuturnya. 

Pertemuan UNWTO juga menyampaikan, mayoritas panel ahli sepakat bahwa tingkat pariwisata global harus bangkit kembali pada akhir 2021. Karena itu, penerapan protokol kesehatan saat berwisata harus jadi prioritas. 

"Pemerintah di setiap wilayah dunia memiliki tanggung jawab ganda. Memprioritaskan kesehatan masyarakat dan juga melindungi pekerjaan dan bisnis," ujarnya. 

Industri pariwisata rentan terhadap pandemi. Karena, kebanyakan orang tinggal di rumah untuk menghindari infeksi Virus Corona.

Pada Juni lalu, International Air Transport Assosiation (IATA) mengatakan, industri penerbangan di dunia mengalami kerugian US$84,3 miliar pada tahun ini. Perjalanan udara pun diperkirakan tidak kembali normal sebelum wabah itu hilang yang diramal pada 2024. 

"Lalu lintas penumpang mencapai titik terendah pada bulan April,” ujar Direktur Jenderal dan Chief Executive Officer (CEO) IATA, Alexandre de Juniac. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya