59 Persen UMKM di DIY Terdampak Pandemi Virus Corona

Kawasan Malioboro, Yogyakarta, Senin, 6 Juli 2020.
Sumber :
  • VIVAnews/ Cahyo Edi (Yogyakarta)

VIVA – Pandemi virus Corona yang menular di Indonesia berdampak pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 59 persen UMKM mengalami langsung dampak dari pandemi virus Corona.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, Srie Nurkyatsiwi, mengatakan bahwa UMKM di DIY terdampak adanya pandemi virus Corona. Dampak paling parah dirasakan oleh UMKM yang memiliki singgungan dengan sektor pariwisata.

Selama masa pandemi virus Corona, seluruh tempat pariwisata di DIY harus ditutup. Kondisi ini berdampak pada kunjungan wisatawan ke DIY.

"Ada lebih dari 59 persen pelaku UMKM kesulitan pemasaran karena saat pandemi, pariwisata menutup diri, pengunjung nol," ujar Siwi dalam keterangan tertulisnya, Jumat 24 Juli 2020.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Baca juga: Jokowi 'Sentil' Menteri Teten agar Gerak Cepat Cairkan Kredit UKM

Siwi menyebut dari data ada sekitar 248.499 UMKM di DIY. Dari jumlah tersebut, 28,5 persen di antaranya mengisi sektor perdagangan. Akibat pandemi Corona, aktivitas UMKM ini pun harus berhenti beroperasi.

Salah seorang pegiat UMKM di DIY, Andromeda, mengaku merasakan dampak langsung dari pandemi virus Corona. Di awal-awal masa pandemi virus Corona, usaha Sweet Sundae Ice Cream yang dirintisnya harus berhenti beroperasi.

“Bisnis es krim yang saya kelola awalnya sangat berkembang, tapi saat masuk masa pandemi, langsung mandek karena semua bisnis yang saya suplai pun terkena dampak negatif," ungkap Andromeda.

Andromeda pun kemudian mencoba memutar akal dan mencari informasi pemasaran produk es krim bikinannya agar bisa tetap beroperasi, meskipun di masa pandemi virus Corona.

Dia pun kemudian mendaftar ke platform SiBakul Jogja MarketHub yang dikelola oleh Pemerintah Kota Yogya dan juga menjadi merchant GrabFood. Dalam kurun waktu satu bulan setelahnya, penjualan Sweet Sundae Ice Cream itu sudah kembali bangkit.

"Penjualan saya meningkat hingga 85 persen dan saya tetap bisa mempekerjakan 25 karyawan saya. Sangat bersyukur bagaimana teknologi tidak hanya membantu saya, tapi juga orang di sekitar saya,” ucap Andromeda.

Sementara itu, Richard Aditya, Head of West Indonesia Grab Indonesia mengaku percaya hadirnya digitalisasi di masa ini akan lebih membantu UMKM bertahan dalam masa sulit sekalipun, serta masa depan bisnis yang lebih terjamin.

Richard menyebut jika Grab membuat program yang dinamai #TerusUsaha. Program itu sengaja didesain sebagai solusi digitalisasi bagi UMKM di era new normal.

"Dengan situasi dunia yang semakin bergantung pada kemampuan digital, UMKM harus merangkul teknologi dan melakukan digitalisasi atau mereka akan tertinggal. Dengan program #TerusUsaha, kami harap mampu membawa perekonomian masyarakat lokal menjadi lebih baik lagi,” kata Richard.

Richard menyebut dari riset yang dipunyai Grab, UMKM di DIY memiliki kontribusi besar bagi ekonomi DIY. Tercatat pekerja lepas dan UMKM di ekosistem Grab berkontribusi sebesar Rp830 miliar bagi perekonomian DIY. (art)