Jokowi: Kalau Dulu Lockdown, Ekonomi Bisa Minus 17 Persen
- Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden
VIVA – Presiden Joko Widodo bersyukur karena di tengah pandemi COVID-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibanding negara lain. Meski semua negara mengalami kontraksi atau minus, setidaknya Indonesia pada kuartal kedua masih sekitar empat persen.
Presiden membandingkan Indonesia dengan negara-negara maju yang mengalami kemerosotan ekonomi hingga minus dua digit, misal, Perancis minus 17,2 persen, Inggris minus 15,4 persen, Jerman minus 11,2 persen, dan Amerika Serikat minus 9,7 persen.
"Minus semuanya, negara-negara minus, tidak ada yang plus semua," kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada para gubernur seluruh Indonesia Istana Bogor seperti dalam keterangan tertulis di situs Sekretariat Kabinet, Rabu, 15 Juli 2020.
Baca: Tanpa PSBB, Ekonomi RI Dinilai Ada di Jurang Resesi Seperti Singapura
Gambaran suram itu, kata Presiden, juga diprediksi oleh sejumlah lembaga keuangan dunia. Bagi Jokowi, krisis ekonomi diiringi krisis kesehatan bergerak amat dinamis.
Maka, Presiden bersyukur, Indonesia tidak sempat mengambil keputusan karantina wilayah atau lockdown pada saat itu, melainkan Pembatasan Sosial Berskala Besar. "Saya tidak bisa bayangin kalau kita dulu lockdown gitu, mungkin bisa minus 17 (persen),” tutur Jokowi.
Untuk menghadapi selanjutnya, yakni tahap kuartal ketiga, Kepala Negara menyatakan bahwa momentum ini paling penting. Sekarang, negara tidak berharap lagi investasi. Semua negara tengah merancang agar belanja negara dikeluarkan sebesar-besarnya, sehingga perputaran uang di masyarakat berlangsung.
"Oleh sebab itu, di semester kedua, terutama di kuartal ketiga, kita harus berani berbuat sesuatu, untuk ini diungkit ke atas lagi. Momentumnya adalah di bulan Juli, Agustus, dan September, kuartal ketiga. Momentumnya ada di situ. Kalau kita tidak bisa mengungkit di kuartal ketiga, jangan berharap kuartal keempat akan bisa, sudah," ujar mantan gubernur DKI Jakarta itu. (art)