Diprediksi Minus, Ekonomi RI Semester I-2020 Jadi Sorotan Banggar DPR
- ANTARA/M Agung Rajasa
VIVA – Merebaknya pandemi COVID-19 di Tanah Air sejak Maret 2020 lalu tentunya memiliki dampak bagi pertumbuhan ekonomi nasional di semester I-2020. Dalam rapat kerja bersama pemerintah, Badan Anggaran DPR RI pun menyoroti hal tersebut.
Wakil Ketua Banggar DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, menyampaikan hal itu dalam pembahasan realisasi perkembangan indikator ekonomi makro secara keseluruhan dalam APBN di semester I-2020.
"Adanya sejumlah tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan berlanjut semakin dalam pada triwulan II-2020," kata Cucun di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, Rabu 15 Juli 2020.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini 15 Juli 2020: Global dan Antam Naik
Cucun meyakini bahwa hal itu juga dipengaruhi oleh sejumlah aspek yang timbul dari penanganan COVID-19. Misalnya seperti adanya pemberlakuan PSBB di tingkat daerah, dalam upaya pengendalian wabah COVID-19 tersebut.
Karena itu, dia mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi RI pada semester I-2020, diperkirakan akan berpotensi minus 0,4 sampai dengan minus 1,1 persen.
Cucun menjelaskan, hal tersebut dapat didasarkan pada pertumbuhan ekonomi RI di kuartal I-2020, yang hanya mencapai 2,97 persen akibat menurunnya aspek konsumsi masyarakat.
"Khususnya di sektor perhotelan, restoran, dan transportasi, sebagai dampak dari masa awal merebaknya wabah COVID-19," ujar Cucun.
Di sisi lain, Cucun membeberkan rendahnya tingkat inflasi semester I-2020, yang hanya mencapai 1,96 persen (year-on-year) per Juni 2020. Dimana secara kumulatif mencapai 1,09 persen (year-to-date), atau lebih rendah dari pola historis tiga tahunan dengan 2,11 persen (year-to-date)
Cucun pun meyakini, perlambatan inflasi di semester I-2020 itu dipengaruhi oleh melemahnya permintaan masyarakat di tengah wabah COVID-19. Bahkan, adanya momentum Ramadan dan Idul Fitri pun dinilai tidak berdampak terlalu signifikan, akibat dipengaruhi oleh adanya pemberlakuan PSBB.
"Jadi inflasi pada bulan Ramadan dan musim lebaran (Idul Fitri) kali ini sangat rendah. Padahal kalau dilihat dari pola historis tahun-tahun sebelumnya, itu biasanya tinggi," ujarnya. (ren)