Loyonya Rupiah Bisa Berdampak ke Minat Masyarakat Beli Rumah

Pameran Rumah Murah di JCC beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA – Asosiasi pengembang perumahan mengakui pelemahan nilai tukar rupiah dapat menjadi masalah bagi bisnis properti. Khususnya, terkait dengan tingkat suku bunga yang mungkin dinaikkan Bank Indonesia, sehingga berimbas kepada naiknya suku bunga Kredit Pembelian Rumah (KPR).

Animo Simpanan Valas Meningkat, Nilai Tukar Jadi Lebih Untung untuk Liburan ke Luar Negeri

Wakil Ketua Bidang Riset dan Luar Negeri DPD REI DKI Jakarta, Chandra Rambey, mengaku dampak pelemahan rupiah ke sektor properti akan cukup besar. Namun, hal ini tidak langsung dirasakan pada saat ini.

"Kalau rupiah naik (jadi Rp14.840) kan interest rate naik, begitu interest rate naik, orang mau ambil KPR yang tadinya (bunga KPR) 7 persen kan harus 8 persen 9 persen. Sebenarnya makronya seperti itu, begitu pembeli enggak ada, kita developer juga akan terkena, akan stuck," ujar Chandra ditemui usai diskusi di Hotel Ambhara, Jakarta, Selasa 4 September 2018.

Rupiah Melemah Dipicu Sentimen Kebijakan Trump hingga Perlambatan Ekonomi China

Ia menegaskan, pelemahan rupiah dapat mengurangi konsumen di sektor properti. Namun, hal ini tentunya akan bergantung kepada kebijakan BI ke depan apakah akan menaikkan suku bunga acuan, BI 7 Day Reverse Repo Rate.

"(Konsumen berkurang) Pasti, tapi tergantung BI, sekarang kan dia baru naikin lagi, kalau enggak salah 0,25 bps. Kan naik lagi supaya duit kita enggak keluar semua, kan gitu, kira-kira untuk menahan itu," ujarnya.

Rupiah Menguat ke Rp 16.117 per Dolar AS di Akhir Tahun 2024

Ia mengatakan, harga rumah dalam dua tahun ke depan memang tidak akan naik terlalu signifikan. Namun, kemampuan masyarakat untuk membeli rumah menurutnya akan semakin menurun.

"Karena apa? Karena perbankan akan menaikkan suku bunga, yang tadinya orang gajinya Rp5 juta, umumnya sepertiga kan menjadi cicilan. Kalau bunga 5 persen cukup. Kalau bunga 7 persen, sisa tinggal 20 persen (dari penghasilan Rp5 juta) itu biasanya perbankan agak takut," katanya.

Dengan demikian, ditegaskannya, perbankan akan lebih selektif dalam memilih nasabah yang termasuk layak untuk mengajukan KPR.

"Dia (perbankan) akan rem juga, dia akan masuk ke gaji Rp7 juta. Padahal yang banyak kan yang (penghasilan) Rp5 juta demografi kita ini (butuh rumah). Yang Rp7 juta mungkin sudah duluan kemarin dia nikmati, sudah dapat dia (beli rumah)," tuturnya.

Mengutip kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, pada perdagangan hari ini, 4 September 2018, nilai tukar rupiah berada di level Rp14.840 per dolar AS atau melemah dibandingkan kemarin di level Rp14.767 per dolar AS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya