Nasabah Bank Wajib Tahu Lima Jenis Bunga Kredit Ini

ilustrasi pengajuan KPR kepada bank
Sumber :
  • rumahku.com

VIVA – Banyak calon peminjam kredit bingung saat bank menyodorkan hitungan dan skema pembayaran kredit. Atau setidaknya nasabah akan mengangguk setuju saja dengan skema kredit yang diajukan bank.

Mereka tidak mengerti betul, apakah sedang disodorkan skema kredit yang cukup menguntungkan atau sebaliknya, bakal mencekik mereka selama terikat perjanjian kredit dengan bank.

Ternyata membandingkan kredit terbaik itu tidak sekadar membandingkan suku bunga saja. Namun dilihat jenis hitungan bunga kredit yang dipilih oleh nasabah.

Jika mau lebih untung, nasabah harus memilih hitungan bunga KPR dan jenis perhitungan yang menguntungkan. Sejauh ini ada lima jenis hitungan bunga kredit yang biasa digunakan bank.

Nasabah juga harus waspada dengan jenis dan cara perhitungan bunga kredit dari masing-masing skema kredit tersebut. Kelima jenis hitungan bunga kredit KPR tersebut adalah: Bunga flat, Bunga efektif, Bunga anuitas, Bunga fix & cap, dan Bunga floating.

Jangan sampai Anda menyesal setelah terikat perjanjian kredit dengan bank karena pokok utang kredit tidak kunjung berkurang. Kok bisa?

Berikut ini perbedaan bunga kredit, dikutip dari situs perbandingan dan pengajuan produk keuangan HaloMoney.co.id yang dikutip VIVA, Rabu 24 Januari 2018:

1. Bunga flat

Hingga Kuartal III-2022, Bank DKI Catatkan Laba Bersih Sebesar Rp 726 Miliar

Perhitungan bunga flat tergolong paling mudah dari lima hitungan bunga kredit. Poin penting hitungan bunga flat ialah cicilanmu tetap hingga akhir cicilan. Hitungan ini cukup sederhana.

Hanya menggunakan perhitungan bunga dari pokok pinjaman awal, dibagi dengan tenor/jangka waktu kredit. Biasanya bunga flat diterapkan untuk kredit barang konsumsi seperti handphone, home appliances, mobil atau kredit tanpa agunan (KTA).

OJK Catat Kredit Perbankan Tumbuh 11 Persen pada September 2022

Dengan menggunakan sistem bunga flat ini, porsi bunga dan pokok dalam angsuran bulanan akan tetap sama. Misalnya besarnya angsuran adalah satu juta rupiah dengan komposisi porsi pokok Rp750 ribu dan bunga Rp250 ribu. Maka, sejak angsuran pertama hingga terakhir, porsinya akan tetap sama.

Meski bunganya terhitung lebih mahal, sistem bunga flat punya kelebihan, jika kita hendak melakukan pelunasan lebih awal, maka porsi pokok utang yang berkurang cukup sebanding dengan jumlah uang yang telah kita angsur.

Penyaluran Kredit Perbankan Makin Bergairah, BI Ungkap Faktornya

Jadi jika kita hendak melakukan early repayment atau pelunasan awal, tinggal dihitung saja jumlah pokok utang saat kamu akan lunasi.

2. Bunga efektif

Sistem bunga efektif merupakan kebalikan dari sistem bunga flat. Sistem ini menghitung porsi bunga berdasarkan pokok utang yang tersisa. Sehingga porsi bunga dan pokok dalam angsuran setiap bulan akan berbeda, meski besaran angsuran per bulannya tetap sama.

Sistem bunga efektif ini biasanya diterapkan untuk pinjaman jangka panjang seperti KPR atau kredit investasi.

Contohnya jika kamu meminjam Rp12 juta, tenor 12 bulan, dan suku bunga 10 persen. Dengan bunga efektif, maka perhitungan cicilan per bulan mengacu kepada saldo utang yang setiap bulan akan menurun.

Sebab, di sistem bunga efektif, setiap bulan utang pokok kamu berkurang sebesar Rp1 juta. Akibatnya, total cicilan (bunga dan pokoknya) menurun sejalan dengan penurunan dari saldo utang.

Contohnya, total cicilan bulan pertama masih sama Rp1,1 juta, seperti perhitungan bunga flat di atas. Namun, pada bulan kedua dan seterusnya, cicilannya turun Rp 1.091.667 hingga Rp 1.008.333 di angsuran terakhir.

Terlihat, dengan tingkat bunga KPR yang sama dan tenor yang sama, perhitungan bunga efektif lebih meringankan nasabah.

Sistem bunga efektif lebih berguna untuk pinjaman jangka panjang yang tidak buru-buru dilunasi di tengah jalan, karena jika kita membandingkan nominal bunga yang kita bayarkan, jauh lebih kecil dari sistem bunga flat.

Keuntungan lainnya, jika kamu melunasi utangmu di tengah jalan, kamu tinggal melunasi sisa pokok hutang tersisa yang sudah cukup banyak berkurang.

3. Bunga anuitas

Bunga KPR anuitas umumnya banyak diterapkan bagi pinjaman jangka panjang seperti KPR. Lazimnya KPR, skema cicilan bunga anuitas ini biasanya berlangsung hingga 10 atau 15 tahun.

Inilah bunga kredit perumahan yang sering ditawarkan bank kepada Anda calon pembeli rumah secara kredit atau KPR. Perhitungan bunga anuitas pada umumnya menggunakan perhitungan bunga efektif, namun dimodifikasi sedemikian rupa untuk menghasilkan cicilan pembayaran yang sama setiap bulan.

Tanpa modifikasi ini, perhitungan bunga efektif akan menghasilkan besaran cicilan yang menurun karena perhitungan bunga yang terus menurun, sejalan dengan menurunnya saldo utang.

Bagi bank, salah satu tujuan diterapkannya perhitungan bunga anuitas adalah untuk memudahkan nasabah peminjam dalam membayar angsuran karena jumlahnya selalu tetap.

Tentu dengan catatan, tidak ada perubahan suku bunga pinjaman. Perhitungan anuitas yang menghasilkan cicilan bulanan secara tetap ini dihasilkan dari komposisi besaran cicilan pokok dan cicilan bunga KPR yang juga berubah setiap bulannya.

Ini yang harus menjadi perhatian jika Anda nasabah penerima pinjaman, terutama nasabah KPR. Pihak bank atau lembaga keuangan akan menampilkan tabel perhitungan komponen cicilan pokok, cicilan bunga, total cicilan serta sisa pinjaman.

Coba Anda perhatikan, bahwa cicilan bunga akan besar di awal dan berangsur menurun hingga akhir masa cicilan. Sementara cicilan pokoknya akan kecil di awal dan berangsur membesar hingga akhir masa cicilan.

Salah satu dampaknya adalah, jika Anda memutuskan untuk melunasi sisa pinjaman di awal periode cicilan sekitar satu atau dua tahun awal, jumlah sisa pinjamanmu masih cukup besar karena Anda lebih banyak membayar bunga cicilan, bunga mengurangi cicilan pokok utang/kredit.

4. Bunga Fix dan Cap

Sesuai namanya, bunga fix merupakan sistem bunga kredit yang bersifat tetap hanya dalam jangka waktu tertentu. Biasanya satu hingga tahun. Bunga fix ini biasa ditawarkan bank untuk kredit mobil dan  kredit perumahan.

Contohnya, bank menawarkan bunga fix sebesar 7,5 persen selama dua tahun. Artinya, bank menerapkan bunga sebesar 7,5 persen per tahun selama dua tahun di awal saja. Selebihnya mengikuti bunga pasar atau floating.

Ada pula bank yang melanjutkan dengan bunga cap. Seperti bank BCA menawarkan bunga fix dan cap selama enam tahun untuk kredit perumahan. Di tahun pertama hingga ketiga, BCA menawarkan bunga fix sebesar 7 persen efektif per tahun.

Tawaran ini cukup populer di kalangan nasabah yang sedang mencari bunga kredit perumahan terbaik. Sedangkan di tahun keempat hingga keenam ditawarkan bunga cap, yaitu bunga KPR maksimal yang di cap pada angka 8,99 persen efektif per tahun di tahun keempat hingga tahun keenam.

Di tahun ketujuh dan selanjutnya, cicilan bulanan di tahun ketujuh dan seterusnya akan mengikuti suku bunga yang berlaku. Jika kondisi ekonomi Indonesia wajar-wajar saja, inflasi Indonesia dan global masih rendah, dan prospek ekonomi serta dunia cukup bagus, bunga fix dan cap ini tidak menguntungkan.

Jadi pastikan dulu Anda membaca-baca prospek ekonomi dan inflasi Indonesia dari pengamat dan pemerintah yang Anda percayai. Jika prospek inflasi masih rendah, bunga fix dan cap tidak menguntungkan Anda.
 
5. Bunga floating

Sedangkan suku bunga floating, artinya bunga dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar. Perubahan cicilan akibat penyesuaian suku bunga biasanya terjadi setiap tiga bulan.

Namun di bank tertentu yang terbilang agresif menyesuaikan suku bunga acuan (BI rate) dengan suku bunga kredit, bisa langsung disesuaikan setiap bulan. Begitulah perbedaan bunga kredit, termasuk sistem bunga KPR yang perlu dikenal oleh nasabah sebelum menandatangani akad kredit.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya