Sepanjang 2017, RI Untung Dagang Internasional
- VIVA.co.id/M Ali Wafa
VIVA – Badan pusat Statistik mencatat neraca perdagangan RI sepanjang 2017, surplus sebesar US$11,84 miliar. Angka surplus berhasil dicapai sepanjang 2017, meskipun capaian neraca dagang pada Desember 2017 tercatat defisit sebesar US$270 juta.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, sepanjang 2017, defisit neraca dagang hanya terjadi selama dua bulan, yakni di bulan Desember dan Juli 2017. Di mana pada Juli sebesar 274,4 juta dan Desember US$270 juta.
"Neraca perdagangan Desember 2017 defisit 270 juta, ini adalah yang kedua. Di mana, pertama-pertama terjadi di Juli 2017 ," kata Suhariyanto di kantornya, Senin 15 Januari 2018.
Jika dibandingkan dengan 2016, menurutnya kenaikan surplus neraca perdagangan cukup tinggi. Adapun pada 2016, surplus tercatat sebesar US$9,53 miliar, sedangkan 2017 melesat naik US$11,84 miliar.
"Jadi neraca dagang 2017 ini menggembirakan, karena kita mengalami surplus lebih tinggi dari 2016. Angka surplus US$11,84 miliar itu terjadi, karena surplus sektor non minyak dan gas bumi besar, yaitu US$20 miliar. Namun, terkoreksi migas sebesar US$8,56 miliar. Tentunya, kita optimis 2018 akan lebih besar lagi," kata dia.
Dia pun menjelaskan, terjadinya defisit sektor migas pada akhir tahun lalu lebih diakibatkan oleh naiknya harga minyak belakangan di kisaran US$60 per barel. Adapun sektor migas Desember 2017, tercatat defisit sebesar US$1,04 miliar yang mengoreksi surplus non migas US$774 juta.
"Jadi, nilai ekspor kita US$14,79 miliar, impor kita US$15,06 miliar, sehingga defisit US$0,27 miliar. Itu dipicu oleh surplus sektor non migas terkoreksi oleh defisit sektor migas. Memang, karena kita harus hati-hati harga minyak terus mengalami peningkatan," katanya.